Mohon tunggu...
Muhammad Abdullah
Muhammad Abdullah Mohon Tunggu... Engineer

Engineer biasa yang sudah menulis dan menabung

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Fenomena Oversupply Lulusan Pendidikan dan Ketidakseimbangan Pasar Kerja

17 Februari 2025   08:00 Diperbarui: 17 Februari 2025   06:57 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di Indonesia, fenomena oversupply lulusan pendidikan menjadi masalah serius yang perlu mendapat perhatian lebih. Banyak mahasiswa memilih jurusan pendidikan bukan karena minat atau panggilan hati, tetapi sebagai "pelarian" setelah gagal masuk jurusan favorit seperti teknik, ekonomi, atau kesehatan. Akibatnya, banyak kampus membuka jurusan pendidikan hanya untuk menampung mahasiswa, tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Salah satu penyebab utama fenomena ini adalah sistem seleksi yang kompetitif di jurusan favorit. Jurusan teknik dan sains memiliki persaingan ketat, sehingga banyak siswa yang akhirnya memilih jurusan pendidikan sebagai alternatif. Selain itu, masih banyak masyarakat yang memegang paradigma bahwa memperoleh gelar sarjana adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan, tanpa mempertimbangkan relevansi jurusan dengan kebutuhan industri.

Kampus juga berperan dalam memperburuk situasi. Banyak universitas membuka program studi pendidikan karena tingginya peminat, meskipun peluang kerja bagi lulusan pendidikan semakin terbatas. Ini berujung pada meningkatnya jumlah lulusan yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak di bidang pendidikan.

Dengan jumlah lulusan yang jauh melebihi kebutuhan guru, persaingan dalam mendapatkan pekerjaan di bidang pendidikan semakin ketat. Akibatnya, banyak lulusan pendidikan yang akhirnya bekerja di sektor lain atau bahkan menganggur.

Banyaknya kampus yang membuka jurusan pendidikan tanpa seleksi ketat menyebabkan kualitas lulusan menurun. Jika guru yang dihasilkan tidak memiliki kompetensi yang baik, dampaknya akan terasa pada kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.

Ironisnya, di saat lulusan pendidikan mengalami oversupply, industri di sektor teknik, manufaktur, dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) justru kekurangan tenaga kerja terampil. Sektor pengolahan yang menjadi penyumbang besar bagi GDP Indonesia membutuhkan lebih banyak insinyur dan tenaga ahli, tetapi jumlah mahasiswa di bidang teknik masih jauh lebih sedikit dibandingkan pendidikan.

Fenomena oversupply lulusan pendidikan di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh keputusan individu, tetapi juga karena sistem pendidikan yang tidak sejalan dengan kebutuhan industri. Jika tidak segera diatasi, masalah ini akan semakin memperparah tingkat pengangguran dan menurunkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk membatasi pembukaan jurusan pendidikan yang berlebihan dan mengarahkan lebih banyak siswa ke pendidikan vokasi serta jurusan teknik yang lebih dibutuhkan oleh industri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun