Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kapal Minta "Duit" (Uang)

26 September 2020   06:15 Diperbarui: 26 September 2020   07:02 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Eit, nanti dulu. Aku ini orang perhitungan, bahkan terlalu perhitungan. Sampai-sampai apapun yang dikeluarkan mesti dikalkulasi," kata sisi hati yang putih memberikan pembelaan.

"Ih, pelit amat sih. Untuk sendiri saja, kebangetan. Bersenang-senang dikit, napa sih? Mesti mikir ribuan kali," hati egois tak habis usaha terus memberikan alasan yang sekiranya masuk akal.

"Aha, kau belum paham juga? Aku ini anak kampung, yang mesti bisa mengatur dengan cermat. Aku mengalami rangkaian kehidupan dari pahit, getir, pilu, sedih, merobek relung hati, kecewa, berjuang, bersaing, sampai jadilah seperti aku sekarang ini. 

Tak gampang, hanya sekedar mendapatkan uang 10 perak, mesti menggendong kangkung untuk dijual di emper pasar. 

Apakah itu enak dan nyaman bagi anak perempuan seusia kelas 1 SD, yang seharusnya sedang tidur nyenyak berselimut tebal?

Aha, lebih sakitnya lagi, di tengah perjalanan aku menyaksikan seseorang bergandengan bersama perempuan? Kok, bisa ya?

Tapi sesaat kemudian ibuku yang hebat langsung mengalihkan perhatian," Nak, itu orang lain jangan kau pandang. Ayahmu sedang tugas ke luar kota."

"Alhamdulillah, sementara waktu hatiku lega," ujar sisi hati putih menyemangati.

"Ah, terlalu didramatisir banget, biasa aja kali?" sela sisi hati egois tetap memberikan perlawanan.

"Diamlah, gimana sih, kau gemar sekali nimbrung. Empati dikit kali. Bisa gak kau berikan raut ikut sedih?" kali ini sisi hati putih sedikit tersulut amarah.

"Hatiku lagi perih nih, mengungkap masa lalu. Lanjutin jangan?" sisi hati putih sambil menatap tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun