Kita tidak tahu, mungkin saja orang yang akan menjawab salam kita sedang sakit tenggorokan, atau sakit lainnya. Sehingga ketika dia menjawab salam itu, dia harus bersusah payah untuk mengatasi rasa sakitnya. Untuk yang satu ini memang sebuah asumsi yang berlebihan. Tapi segala kemungkinan bisa saja terjadi.
Yang pasti, bagi saya, lebih baik tidak mengucapkan salam yang hukumnya hanya sunah, dibanding harus mengucapkan salam yang menjadikan sebuah kewajiban bagi yang mendengar untuk membalasnya.
Bukankah pilihan berbuat kebaikan masih meruah? Bukan melulu ucapan salam.
Jangan sampai ucapan salam, yang esensinya adalah mendoakan untuk keselamatan orang yang kita beri salam, malah membuat orang jadi tidak selamat karena berbuat dosa tidak menjawabnya. Sehingga salam menjadi sebuah ironi.
Salam