Menuntut ilmu merupakan kewajiban. Kadar kewajibannya berlaku bagi setiap individu (fardhu 'ayn). Maka, belajar itu berpahala, dan yang meninggalkannya akan berdosa.
Namun, meski belajar merupakan kewajiban, rupanya menjalankannya tidaklah sederhana.
Ada beberapa prasyarat yang mesti dipenuhi oleh seseorang untuk dapat melaksanakan kewajiban belajar itu dengan maksimal.
Prasyarat itu, saya sebut--secara filosofis--sebagai karakteristik tiga Nabi, yang meliputi: (1) berumur panjang layaknya Nabi Nuh; (2) memiliki harta layaknya Nabi Sulaiman; dan (3) memiliki kesabaran bagai Nabi Ayyub.
Berumur Panjang Layaknya Nabi Nuh a.s.
Ada ungkapan jika belajar itu dimulai dari buaian sampai liang lahat. Ungkapan itu bisa kita maknai secara simbolik. Maksudnya, belajar membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Saking lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memahami sesuatu, seakan-akan kita membutuhkan waktu seumur hidup. Dalam istilah bekennya disebut sebagai "long life education".
Jadi, secara filosofis, seorang pelajar membutuhkan waktu yang panjang: seakan-akan berusia panjang layaknya Nabi Nuh a.s.
Berharta Layaknya Nabi Sulaiman a.s.
Selain waktu yang tak sebentar, belajar juga membutuhkan harta.
Seperti kita tahu, biaya pendidikan tidaklah murah. Apalagi jika yang menjadi pertimbangan kita adalah kualitas mutidimensional seperti kurikulum terbaik, tenaga pendidik terbaik, fasilitas yang mendukung, dll.