Mohon tunggu...
Ade Hidayat
Ade Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar - Pembaca

Membaca - Mengajar - Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Baca Berdiri, Siswa Baca Berlari

16 Januari 2022   22:55 Diperbarui: 16 Januari 2022   23:20 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi budaya baca siswa | Sumber: ANTARA via tirto.id

Dewasa ini tidak terhitung banyaknya sumber bacaan yang bisa diperoleh siswa. Kecanggihan teknologi pun memberi begitu banyak kemudahan dalam mengakses bacaan.

Tetapi sepertinya berkah dari revolusi informasi tersebut masih belum bisa diserap secara sadar dan maksimal oleh siswa kita di Indonesia.

Dalam survei PISA tahun 2018, kemampuan membaca siswa di Indonesia hanya berada di posisi ke-72 dari 77 negara. Skor tersebut rupanya masih berbanding lurus dengan data UNESCO, yang menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%.

Hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang gemar membaca! Budaya baca belum tertanam dalam kehidupan masyarakat kita, termasuk di sekolah.

Mengapa budaya baca siswa kita sangat lemah? Apa sih cara yang bisa kita tempuh untuk meningkatkan budaya baca siswa di sekolah?

Saya kira, dalam konteks sekolah, membaca bukan hanya soal pembebanan kewajiban (instruksionis) melalui cara-cara tertentu (metodis). Lebih dari itu, membaca semestinya berdimensi kebudayaan. Di dalamnya meliputi interaksi intensif dan melalui pemodelan.

Guru sebagai subyek dari budaya baca, tidak hanya berperan sebagai "pemberi perintah", melainkan juga sebagai pelaku. Guru juga harus giat membaca.

Sejauh pengalaman saya, perintah yang diikuti dengan pencontohan, tingkat keberhasilannya lebih tinggi dari sekadar perintah saja. Misalnya ketika saya meminta siswa untuk berbicara dengan lemah-lembut, saya pastikan saya tidak akan berteriak ketika memberikan instruksi di dalam kelas.

Cara dengan pemodelan tersebut lebih efektif ketimbang ketika saya hanya meminta siswa untuk menjaga tingkat kebisingan kelas tanpa mencontohkan.

Kembali lagi ke soal mengapa budaya baca siswa kita amat lemah, dan bagaimana kita berkontribusi meningkatkan budaya baca siswa di sekolah. Saya kira berangkat dari pemahaman bahwa membaca berdimensi budaya, kita bisa memulainya dari membangun kebiasaan membaca di kalangan guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun