Banyak orang yang memiliki harapan untuk travelling ke luar negeri, tetapi siapa yang pernah terbesit dalam benaknya untuk travelling ke pelosok negeri? Sangat disayangkan, tidak banyak orang mengenal potensi wisata dan pembelajaran terselubung yang menginspirasi di dalamnya.
Aini Hanifa seorang Travel Blogger menyampaikan bahwa esensi dari travelling bukanlah tentang perjalanan, namun pengalaman baru yang didapatkannya. Dalam acara IBT (Indonesia Bagian Timur) Expo (02/12), ia mengaku sempat mengunjungi Desa Wae Rebo di Flores, Nusa Tenggara Timur, sebelum akhirnya mengunjungi Labuan Bajo.
Ia membagikan kisahnya di Wae Rebo, yang perjalanannya memerlukan waktu tracking selama sembilan jam. Namun, rasa lelah itu terbayar saat ia tiba di 'negeri di atas awan'. Pemandangannya sangatlah asri, ditambah lagi masyarakatnya yang ramah membuat ia nyaman meskipun berada di wilayah yang terisolasi dari teknologi. Terisolasinya Wae Rebo dari teknologi justru membuat kehidupan di desa ini begitu sederhana dan penuh tawa.
Ali Akbar pernah mengenyam pendidikan di Ambon dan belum sempat ia lulus sekolah, ia sudah kembali ke desanya. Kembalinya Ali ke desa bukan tanpa tujuan, bersama dua orang pemuda lain dari desa sebelah, ia membangun taman baca. Namun, yang membuat proyek mereka berbeda adalah, selain fasilitasnya yang mereka bangun, mereka juga secara tidak langsung membangun sebuah gerakan untuk membuat alternatif mimpi kepada anak-anak di desa untuk memiliki impian yang tidak melulu soal profesi.
Pemuda lainnya adalah Firman, salah satu pemuda dari desa sebelah, yang awalnya mengenyam pendidikan dengan segala rintangan dan jerih payah di pulau yang berbeda, kini mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan S2 di Amerika.
"Jika perjalanan ke beberapa negara dua minggu lalu bisa saya tukar dengan pengalaman enam hari saya disini, Desa Keta, akan saya tukar dengan pengalaman enam hari saya," imbuh Esti mempertegas pembicaraannya.