Mohon tunggu...
Adhens
Adhens Mohon Tunggu... -

Sosial Worker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lokalisasi "pasar kembang" bagai dua sisi mata uang

2 Mei 2010   09:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:28 5292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada kalimat yang menarik ketika saya membaca sebuah artikel di internet “kalau pergi berwisata ke yogyakarta rasanya belum lengkap tanpa mengunjungi pasar kembang” kalau belum ke pasar kembang berarti sama saja belum ke yogyakarata. Bahkan di masyarakat sendiri ada wacana untuk menjadikan kawasan pasar kembangsebagai bagian dari paket wisata Yogyakarta.Pasar kembang merupakan daerah tempat lokalisasi terbesar di daerah Yogyakarta yang letaknya berada di pusat kota jogyakarta tepatnya di belakang jalan malioboro.

Lokalisasi adalah istilah yang berkonotasi sebagai tempat penampungan wanita penghibur dan wanita tuna susila atau pelacur (Wikipedia) arti pelacur sendiri adalah penyerahan diri seorang wanita kepada banyak pria tanpa pilih-pilih untuk memuaskan nafsu yang bersangkutan, yang mana untuk perbuatan tersebutsi pria memberikan imbalan (soedjono D.SH,1977;162 dalamblog blog bewo-k.blog.friendster.com/2007/09/…) tetapi seiring waktu berjalan yang melakukan profesi ini bukan hanya wanita, pria pun banyak yang menggeluti profesi ini yg dsebut dgn gigolo (soedjono D.SH,1977;5 dalam blog bewo-k.blog.friendster.com/2007/09/…)

Sejarah timbulnya lokalisasi pasar kembang (sarkem)diawali pada tahu 1884 karena untuk melayani para pekerja pembangunan stasiun dan pekerja bangunan yang membangun tempat-tempat penginapan dan fasilitas lainnya (Endang, dkk, 1997;7). Jumlah terakhir yang tercatat pada perkumpulan keluarga berncana Indonesia (PKBI) Griya Lentera Yogyakarta pada akhir tahun 2005 kurang lebih berjumlah 300 PSK (www.kompas.com)

Salah satu alasan hadirnya pasarkembang sebagai tempat lokalisasi adalah untuk mengatur penataan kota agar tidak mendapat citra ngatif dari masyarakat luar daerah Jogjakarta, karena di Jogjakarta para pekerja seks komersial jumlahnya cukup banyak sehingga mampu mengganggu kenyamanan kota jika di biarkan maka akan merusak kenyamanan kota jogja sendiri, karena alasan keamanan itu pemerintah Jogjakarta mmberikan solusi untuk menempatkan tempat prostitusi itu di satu tempat yakni di jl.pasar kembang tepatnya di jln pasar kembang gg. Sosrowijawan selatannya stasiun tugu.

Suasana keadaan di pasar kembang di siang hari sebenarnya tidak jauh berbeda dengan lokasi perumahan masyarakat atau kampung pada umumnya, ada anak-anak kecil yang sedang bermain, ibu rumah tangga yang sedang mencuci piring maupun mencuci pakaian, ada sekelompok orangtua yang berkumpul sekedar mengobrol ataupun main catur karena letak Lokasi dari pasar kembang sebenarnya berada di tengah-tengah masyarakat pada umumnya.

Namun di balik itu semua hadirnya lokalisasi tentunya menghasilakan dampak negative terhadap lingkungan yang dijadikan sebagai tempat lokalisasi khususnya kepada keluarga yang sudah memiliki anak-anak. Permasalahan yang timbul di lingkungan lokalisasi salah satunya adalah adanya pengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Mereka juga dihadapkan pada stigma masyarakat tentang lokalisasi itu sendiri. Terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur-umur tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Begitu juga dengan tingkat keterpengaruhan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka akan terpengaruh dengan apa yang mereka lihat.

Itulah hal yang sering dikuatirkan oleh kebanyakan masyarakat kampung Sosrowijayan akan keberadaan Pekerja Seks Komersial dan para penggunjungnya adalah dampak negatif yang akan mempengaruhi perilaku pada setiap keluarga yang ada di kampung sosrowijayan, terutama terhadap anak-anak kecil yang belum cukup umur. Walaupun kegiatan yang dilakukan oleh para Pekerja Seks Komesial tersebut dilakukan pada malam, tetapi tingkah laku dan kebiasaan yang sering dipraktekkan setiap hari, seperti tatacara berpakaian, dan tutur kata yang sering diucapkannya, memang sangat mempengaruhi kondisi kepribadian anak-anak yang tinggal di kampung Sosrowijayan. Hal semacam itulah yang ditakuti oleh orang tua yang mempunyai anak dikampung Sosrowijayan, mereka takut kalau anaknya suatu saat akan meniru profesi yang kebanyakan dilakukan oleh Pekerja Seks Komersial yang tinggal di kampungnya. Masyarakat pun sebenarnya juga binggung dengan keadaan seperti ini.

Namun disisi lain kegiatan prostitusi ataupun adanya lokalisasi justru menguntungksn masyarakat yang tinggal disekitarnya dari segi ekonomi karena dengan banyaknya masyarakat yang datang ke sana membuka peluang masyarakat untuk membuka usaha misalnya dengan membuka warung, Seperti menyewakan kamar, menjual makanan, minuman, rokok dan lain-lain. Itulah realita di masyarakat kita, pasti ada ada psotif adan negatifnya dari suatu fenomena bagaikan dua sisi mata uang yang berlawanan, tidak bisa kita lihat dari satu sisi saja harus bisa di lihat dari berbagai sudut pandang.

Sumber :

zulfikarlubis.blogspot.com/2009/02/……

Indraclu007/blogspot.com/2009/03/f…..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun