Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Lalu yang Mungkin Terulang

13 Juli 2021   03:51 Diperbarui: 13 Juli 2021   03:53 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak lahir di dunia, umumnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Mulai dari belaian lembut di kening kepala, sampai dengan ciuman lembut di bagian pipi kiri. Sayang, dunia tak seindah itu. Masih banyak anak kecil yang iri melihat anak kecil lain mendapat sebuah pelukan dari ayah atau ibunya. Dunia selalu menciptakan misteri, tak selalu menampilkan keindahan, namun juga kepedihan.

            Ialah aku, seorang anak yatim nan piatu. Ditinggal ayah dan ibu semenjak umurku baru menginjak delapan bulan. Setelah itu, aku diasuh oleh seorang wanita yang mempunyai panti asuhan kecil. Meski hidup begitu keras dan segala sesuatu dilakukan serba sendiri, aku tak mau mengeluh. Sebab, mengeluh adalah titik awal untuk mengutuk rizki dari pintu-pintu langit. Mengeluh tak akan menyelesaikan persoalan apapun, dari masalah sepele hingga masalah besar.

             Di panti asuhan yang kutempati, sekitar dua puluh anak memiliki nasib sama sepertiku. Ada beberapa anak yang ditinggal kedua orang tuanya meninggal, ada pula anak-anak malang, sengaja dibuang oleh kedua orang tua mereka sedari kecil. Kami sungguh beruntung, diasuh dan dirawat oleh seorang wanita baik hati dari kalangan orang menengah ke atas.

            Wanita itu bernama bu Rahma, setiap hari beliau selalu menyiapkan makanan untuk kami, sehari tiga kali. Tak hanya itu, beliau juga sibuk mencarikan besiswa di sekolah-sekolah agar kami dapat merasakan manisnya pendidikan secara gratis. Beruntung, kami semua dapat sekolah dengan gratis tanpa biaya sepeser pun di sekolah swasta.

            Selain itu, banyak para donatur yang sudi menyumbang di panti asuhan miliknya karena mereka yakin bahwa pemberian mereka tersalurkan dengan baik di panti asuhan itu. Sudah tak menjadi rahasia bahwa bu Rahma dikenal sebagai orang baik hati, sekaligus jujur, serta amanah. Tak mengherankan jika banyak orang yang ingin menyisihkan sebagian harta mereka ke panti asuhan milik beliau.

*****

            Waktu terus berjalan hingga kami beranjak dewasa. Beberapa diantara kami telah menikah, termasuk diriku. Berbagai pengalaman dan ajaran dari bu Rahma begitu terasa dalam hingar-bingar kehidupan. Semakin dewasa, diriku menjadi mengerti bahwa kemandiriaan perlu dilatih sedini mungkin. Termasuk salah satu kelebihan dari teman-temanku yang tak memiliki orang tua ialah mampu berpikir bijak, hati-hati, dan tak kekanak kanakan. Itulah hikmah kayatiman kami, sedari dulu hingga sekarang.

            Saat telah berkeluarga aku begitu menyayangi anakku, berharap jangan sampai ia tak mendapat kasih sayang dari ayah dan ibunya. Meski harus kuakui bahwa yang menempaku menjadi lelaki dewasa ialah kerasnya kehidupan, namun aku tak tega menerapkan pengalaman itu kepadanya. Biarlah aku saja yang merasakan, sedang anakku tak perlu. Kujadikan cambuk seluruh pengalaman pahit itu agar diriku senantiasa hadir untuknya.

            Ku tatap wajah anakku yang sedang tertidur pulas, meski umurnya baru beranjak 3 tahun, namun dari wajah itu menampakkan keteduhan dan kepolosan, seakan belum mengerti benar tentang kerasnya kehidupan. Sembari menatap wajah anakku, aku berbicara padanya... meski hanya dalam hati.

            "Esok hari ketika dirimu beranjak dewasa, jangan sampai lupa akan kehadiran ayah dan ibu yang sedari dulu mendampingimu berada dalam kandungan. Menyertaimu dalam setiap tangisan lapar dan haus saat lahir ke dunia ini. Kami juga memohon kepadamu agar terus bersyukur karena tak merasakan sedihnya ditinggal kedua orang tua."

            Anak laki-lakiku menggeliat sedikit, kemudian melanjutkan kembali tidurnya. Ia terbuai oleh sepinya malam, dan suara syahdu dari beberapa ekor jangkrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun