Sejak dulu aku selalu menginginkan pergi berlibur ke Bali. Sebuah destinasi yang ada di bumi pertiwi tak hanya indah alamnya, namun berbagai kebudayaan bersatu, membentuk pusara-pusaran peradaban kekinian.
"Semua keindahan Bali tak cukup dinikmati melalui televisi, semua itu akan didapati dengan mendatangi lokasi secara langsung." Kata kebanyakan orang yang pernah datang ke sana.
Esok adalah sebuah hari yang kutunggu-tunggu sejak satu bulan lalu. Menanti dengan sepenuh hati demi menyenangkan diri yang telah lama menanti berlibur di sebuah destinasi terbaik di sini. Tak sabar aku menanti, sampai-sampai aku tak bisa tidur semalaman. Begitulah aku, jika esok hari akan pergi, pasti tak bisa tidur di awal waktu.
*****
      "Hendi... Hendi... Ayo bangun, sudah jam 9 pagi, kamu bisa terlambat!"
      Aku segera bangun dan terkaget setengah mati. Dalam hati aku begitu menyesal karena tadi malam tak bisa tidur di awal waktu. Aku terburu-buru mandi dan bersiap berangkat ke sekolah yang merupakan titik kumpul pertama sebelum pemberangkatan.
      "Ayah kenapa baru bangunin Hendi?" Tanyaku setengah kesal.
      "Ayah dan ibu juga terlambat bangun. Tadi setelah shalat subuh, tidur lagi karena capek." Ayahku juga mendengus kesal.
Sambil memajukan bibir, aku menyiapkan peralatan yang akan dibawa selama liburan di Bali, mudah-mudahan aku tidak ditinggal teman-teman. Seminggu lalu pak guru menjelaskan bahwa kedatangandi sekolah maksimal pukul 08.00 WIB. Lewat dari jam itu, pihak sekolah tidak akan tanggung-tanggung untuk meninggalkan siapa saja yang datang terlambat, entah itu guru maupun siswa.
Tepat pukul 10.00 WIB aku dan ayah berangkat menuju ke sekolah yang berjarak 6 km dari rumah. Mobil yang kunaiki melaju kencang di jalan raya, beberapa mobil disalip tanpa menunggu hitungan menit. Sayang tak berapa lama kemudian mobil mati karena kehabisan bahan bakar. Saking paniknya, ayah sampai lupa mengisi mobil dengan bahan bakar. Beruntung, saat kami melintas tidak ada mobil di belakang sehingga aman dan tidak tertabrak.
      "Ah, benar-benar sial!" Ujarku sambil menepok jidat yang tidak pusing.