Promotor utama, Prof. Dr. Atie Rachmiatie, Dra., M.Si, menyebut penelitian Tia sebagai kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu komunikasi sekaligus praktik media Islam yang sehat. "Disertasi ini membuka jalan bagi media untuk lebih inklusif, etis, dan mampu menghadirkan ruang publik yang mendorong toleransi," ujarnya.
Hal serupa ditegaskan oleh anggota promotor, Prof. Dr. Karim Suryadi, M.S dan Dr. Kiki Zakiah, Dra., M.Si, yang menilai riset ini sejalan dengan agenda kebangsaan dalam mengarusutamakan moderasi beragama.
Perjalanan Akademik dan Harapan
Tia bukan orang baru dalam dunia komunikasi publik. Sejak lama ia menaruh perhatian pada isu keagamaan, media, dan kebangsaan. Disertasinya mencerminkan keyakinan bahwa media Islam seharusnya tampil dengan wajah inklusif dan rasional, menjembatani keberagaman masyarakat.
Kini, dengan gelar doktor yang baru diraihnya, Tia berharap hasil penelitiannya bisa bermanfaat lebih luas, tak hanya bagi dunia akademik. "Saya ingin media Islam tidak hanya jadi penyampai pesan, tetapi juga rumah moderasi yang menguatkan bangsa," tuturnya.
Sidang terbuka itu pun berakhir dengan tepuk tangan panjang. Di balik toga dan gelar barunya, Tia Muthia Umar meninggalkan pesan yang jauh lebih besar: bahwa ilmu komunikasi bisa menjadi jalan menghadirkan kedamaian dan keberagaman dalam ruang publik. Seperti yang pernah dikatakan Gus Dur, "Tidak penting apa agamamu atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI