Kita tahu siapa saja yang suka melakulan pamer melalui grup-grup sosialita, selain itu kita juga dapat mengetahui siapa saja yang suka pamer melalui media sosial yang berteman dengan kita. Apakah mereka benar-benar sosok yang keren, mengagumkan seperti kebiasaan mereka yang dipamerkan melakui media sosial? Dalam kebanyakan kasus mereka yang suka pamer memiliki kehidupan yang damai.
Ada banyak faktor serta alasan mereka melakukan hal tersebut, meskipun pamer merupakan kebutuhan internal tetapi banyak berhubungan dengan lingkungan. Pamer juga tergantung pada lingkungan dimana dia berada, dan pada siapa dia ingin melakukan pamer. Alasan paling umum dalam perilaku pamer adalah, dia ingin menunjukan kepada lingkungan sekitar bahwa dia merupakan orang penting, dimana awalnya tidak dianggap tidak penting.
Ketika individu itu tahu bahwa dirinya hebat, sebenarnya tidak perlu menunjukan bahwa dirinya hebat atau tidak melakukan pamer. Alur dari perilaku pamer secara umum seperti tersebut, tujuannya adalah ingin menunjukan keberadaannya dan kehebatannya. Jika dibuat jargon, jargon inilah yang cocok untuk orang yang suka pamer "aku pamer, maka aku ada". Pamer merupakan eksistensi dari sosok individu dalam menjalani kehidupan.
Manusia normal pasti akan melakukan perilaku pamer, akan tetapi tidak secara berlebihan dalam melakukan pamer. Jika sering melakukan pamer maka perlu dipertanyakan, apakah kondisinya baik-baik saja? Atau apakah kondisi dalam kesulitan dalam menghadapi kehidupan? Tentunya kesulitan yang dimaksud tidak hanya soal finansial, bisa soal kejiwaan, atau mentalnya.
Ada individu yang memaerkan bisnisnya, bahwa bisnisnya berjalan lancar tetapi sebenarnya tidak baik-baik saja. Semua tahu bahwa penipuan tentang diri tidak akan bertahan dengan lama, karena fakta secara cepat atau lambat akan menunjukan kondisi sebenarnya. Perilaku pamer juga dapat dinilai dari kebiasaan sewaktu kecil pada indibidu tersebut. Kita tahu bahwa pengalaman sewaktu kecil dapat membentuk karakter pada individu saat dewasa.
Jika sewaktu kecil banyak perhatian yang tercurahkan kepada anak tersebut, baik perhatian dari orang tua atau orang sekitarnya maka secara tidak langsung kebiasaan itu mempengaruhi ketika dewasa. Ketika dewasa tentunya dia akan mempertahankan tingkat pertahitan tersebut ketika dewasa sehingga akhirnya menjadi pamer, kebiasaan ini biasanya terjadi pada anak bungsu atau anak tunggal. Ketika menginjak dewasa mereka akan mencari cara yang halus lainnya, karena disaat masik kanak-kanak mereka hanya perlu nangis atau melompat-melompat.
Jadi, ketika anda merasa hebat dan penilaian orang lain sama tentang diri anda maka anda tidak perlu pamer, jika penilaian negatif tentang diri anda muncul anda dapat memilih dengan bijak apakah perlu pamer atau tidak untuk melawan penilaian negatif tersebut. Pamer adalah upaya pikiran anda untuk meningkatkan citra anda terhadap orang lain.