Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hakikat Ketupat di Hari Penuh Nikmat

18 Agustus 2012   09:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:34 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lebararan identik dengan ketupat. Ketupat tak sekedar makanan, namun ia sebuah simbol bagi perayaan dan hakikat lain terkait dengan hadirnya Hari Raya Idul Fitri. Kartu ucapan lebaran sudah hampir pasti diwakili oleh gambar ketupat, bukan buah-buhan atau pepohonan. Ilustrasi ketupat seringkali mengiringi pesan ucapan Idul Fitri dari SMS (Shot Message Service), MMS (Multimdia Service), E-mail, BBM (Blackberry Message) dan media lain.

Dibalik simbol ketupat saya mencoba merenungi makna dibalik makanan khas Indonesia ini. Ketupat sendiri berasal dari bahasa Jawa. Di kalangan orang Sunda ketupat dikenal dengan nama Kupat. Tak hanya di Jawa, di Sumatera dan tempat lainnya ketupat seolah menjadi makanan “pokok” di hari penuh sukacita bagi kaum muslimin di Nusantara.

Asal-usul ketupat konon dimulai dari zaman Wali Songo, para dai terkenal penyebar Islam di Jawa. Dalam sejarah, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat Jawa. Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan. (Sumber : Sejarah Asal-usul Ketupat http://tanbihun.com/sejarah/sejarahasal-usul-ketupat/)

Ketupat selalu berbentuk persegi empat menyerong diagonal. Bahan ketupat berasal dari daun kelapa yang masih muda (janur) yang sebelum lebaran sering kurang dimanfaatkan. Cara membuat anyaman ketupat pun tidaklah mudah, bagi pemula. Perlu ketekunan dan kesabaran hingga ketupat bisa sempurna terbentuk.

Bagaimana ketupat dimasak hingga bisa matang dan tidak berantakan? Awalnya pembuat ketupat memasukkan beras ke dalam anyaman ketupat hingga memenuhi setengah ruangannya. Setelah selesai, anyaman ketupat berisi beras dimasak dengan cara menggodok atau merebus dalam panci atau kuali berisi air. Berbeda dengan memasak nasi, memasak ketupat perlu waktu cukup lama hingga anyaman ketupat menjadi padat berisi.

Dari rangkaian fisik ketupat, ada filosofi hidup yang bisa kita tarik dari hakikat sebuah ketupat.yaitu :


  1. Ketupat melambangkan kejernihan dalam kerumitan. Ketupat yang dibuat dari bahan janur berwarna cerah melambangkan kesucian. Warna cerah ini mampu menutupi rumitnya anyaman ketupa. Kerumitan atau kesulitan hidup akibat salah, khilaf dan alpa bisa tersucikan oleh saling memaafkan dan terampuninya dosa di hari kemenangan, Idul Fitri. Di hari raya, orang beriman bukan hanya memperingati kemenangan karena selesai berpuasa, namun paling hakiki kemenangan karena harapan dosa yang diampuni dan kesalahan yang termaafkan.
  2. Ketupat melambangkan ketekunan dan kesabaran. Seperti seorang yang membuat ketupat yang tekun mengayam satu-demi satu anyaman hingga bentuk segiempat diagonal tampak sempurna. Ketekunan dan kesabaran dalam menjalani puasa dan ibdah lain di bulan Ramadhan menjadi indah lahir batin di hari kemenangan.
  3. Ketupat adalah menaikkan citra. Daun kelapa muda atau janur yang tadinya kurang berharga berubah menjadi bahan yang sangat terhormat karena menempati piranti alat masak yang mewah dan hadir pada waktu sangat istimewa. Di hari yang Fitri saatnya kita menempatkan setiap orag menjadi terhormat siapapun dia, karena kita butuh maaf dari mereka. Dan sebaik-baik manusia adalah dialah yang bertaqwa.
  4. Ketupat adalah simbol kekompakan. Isi ketupat haruslah padat bila ia ingin dilirik orang. Ketupak yang tidak padat akan mengurangi bentuk dan selera orang yang memandangnya. Dalam kehidupan, kekompakan pastilah sebuah keindahan yang mendatangkan semangat bagi setiap orang untuk berbuat kebaikan. Di hari lebaran, kekompakan menemukan momentumnya. Keluarga dan sahabat berkumpul dalam suasana penuh kebersamaan dan semangat baru.
  5. Ketupat matang tak pernah melewati batas anyaman. Bila ketupat sudah matang, beras yang memadat akan tetap dalam batas anyaman dan tidak saling menonjolkan diri ke luar. Di hari raya lebaran, seorang yang sudah matang imannya, takkan pernah mau menonjolkan dirinya. Ia tundauk pada batas-batas agama, etika dan norma.
  6. Ketupat mewakili semangat kebersamaan. Ketupat tak mengundang selera bila dinikmati sendiri. Ketupat perlu pengiring atau teman agar terasa nikmat disantap. Opor ayam, rending, sambal goreng kentang dan ati, sambal, kerupuk dan makanan pengiring membuat menu ketupat begitu nikmat. Di hari lebaran, hari dimana semua orang berinteraksi, saling memaafkan dan saling memberi. Kebersamaan sangat indah dan member rasa yang berkesan.

Semoga kita bisa menikmati ketupat lebaran di hari penuh kegembiraan. Tak hanya menyantap ketupat dengan menu pengiringnya, namun juga hakitat yang dalam dibalik rasanya yang nikmat.

Taqabbalaalhu minnaa waminkum
Shiyaamanaa wa shiyaamakum
Minal ‘aidiin walfaiziin

Mohon maaf lahir batin
Selamat Idul Fitri 1433 H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun