Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Inspirasi dari Nenek Sebatangkara di Kaki Gunung Sinabung

30 Mei 2018   18:11 Diperbarui: 30 Mei 2018   18:28 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya memegang sayur-sayuran pemberian Nek Iting (dok. pribadi, 27 Mei 2018)

Tubuh wanita renta berusia 72 tahun ini begitu lemah. Saat berdiri kakinya gemetaran. Saat saya mengunjunginya pada hari ahad, 27 Mei 2018 beliau sedang sakit. Tekanan darah Nek Iting, demikian beliau dipanggil sedang naik.

Saya lalu menjelaskan bahwa kedatangan saya ke rumah beliau dalam rangka memenuhi janji saya, saat dua bulan lalu saya datang kesini. Saya dan teman-teman sudah mengumpulkan dana untuk membantu memperbaiki rumah Nenek yang atapnya jebok sana-sini.

"Terima kasih, anakku. Aku senang bisa ada yang bantu. Apapun itu, aku senang menerimanya."

Nek Iting meskipun dalam kondisi sakit masih menampakkan aura semangat. Panggilan 'anakku' memang sangat mesra bagi saya. Sebuah penghormatan dari warga di Kabupaten Karo kepada yang lebih muda.

"Kau ambil yang diember itu anakku."
"Apa ini, Nek."
"Ambillah semua dan masukkan dalam karung."
"Ah Nenek kok repot-repot, nenek sakit lagi."
"Udah aku siapkan buat kelen."

Masya Allah, saya sangat terharu. Nenek yang hidup sebatangkara ini hidup capek-capek menyiapkan sekarung sayur-sayuran untuk "buah tangan" saya dan teman-teman relawan. Beliau menyambung hidup hanya dari berladang sayuran dan kopi di lahan yang tidak begitu luas di Kaki Gunung SInabung.

Dalam kondisi Nek Iting yang lemah, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang setua beliau. Tapi beliau menunjukkan kemuliaannya. Saya membayangkan demikian keras dan sulit usaha Nek Iting mengambil sayur-sayuran yang diberikan kepada kami. Dalam kondisi apapun rasa terima kasih dan memberikan sesuatu kepada tamu apalagi yang membantu adalah sebuah keharusan.

"Bujur, Nek."
Saya berpamitan kepada Nek Iting. Alhamdulillah sejak Senin, 28 Mei 2018 Nek Iting hidup di rumah beratap baru, aman dan nyaman. Semoga berkah ya Nek.

Rumah Nek Iting sebelum dan sesudah rehab (dok. Mahasiswa Univa Al Washliyah Medan - 28 Mei 2018)
Rumah Nek Iting sebelum dan sesudah rehab (dok. Mahasiswa Univa Al Washliyah Medan - 28 Mei 2018)
Salam Kemanusiaan!

#RamadanBerkah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun