Mohon tunggu...
Achmad Ridwan Sholeh
Achmad Ridwan Sholeh Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai

Ayah dari Achmad Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Lockdown", Antara Menyembuhkan atau Mematikan?

18 Maret 2020   12:33 Diperbarui: 20 Maret 2020   13:46 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.indonews.id

Presiden Jokowi "Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah, inilah saatnya bekerja bersama-sama saling tolong menolong dan bersatu padu, gotong royong,".

Presiden Jokowi menyarankan kepada masyarakat untuk mengurangi intensitas berhubungan satu sama lain. Ini disampaikan terkait penyebaran virus Corona yang makin meluas ke seluruh daerah di Indonesia. Salah satu yang diartikan oleh jajaran Pemda (Pemerintah Daerah) adalah dengan menerapkan kebijakan Lockdown di daerah masing-masing.

Di Jawa Timur, Kota Malang sempat menerapkan Lockdown (dalam pemahaman masyarakat), yakni menutup akses masuk dan keluar kota tersebut. "Hari ini sudah kami putuskan darurat. Mulai hari ini orang yang berkunjung di Kota Malang masih kami kasih waktu. Untuk yang hari ini masih kami tolerir, tapi kalau besok kami harapkan dipulangkan. Tetapi lusa sudah tidak boleh ada kunjungan dari orang luar Kota Malang dulu, termasuk keluar dari Malang," kata Sutiaji (Walikota Malang) pada tanggal 14 Maret 2020. 

Di tengah keributan lockdown di beberapa daerah, akhirnya Presiden Jokowi berusaha menengahi dengan memberikan satu komando bahwa kebijakan Lockdown merupakan kebijakan pemerintah pusat dan bukan kebijakan daerah. Lebih lanjut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengemukakan bahwa Indonesia belum menuju ke arah penerapan Lockdown seperti negara-negara suspek virus Corona.

Penerapan Lockdown dilakukan di beberapa negara, yakni Italia, China, Irlandia, Denmark,, Spanyol, Prancis, dan terakhir tetangga sendiri, yakni Malaysia. Italia merupakan negara terparah terjangkit virus Corona. Hampir 30.000 orang terinfeksi virus Corona dan terus meluas. Pemerintah Italia akhirnya mengisolasi 60 juta warganya, dan dilarang beredar di ruang publik. Hal ini tak jauh berbeda dengan negara lainnya yang menerapkan kebijakan Lockdown.

Kebijakan Lockdown merupakan pisau bermata dua negara yang menerapkannya. Lockdown adalah langkah ekstrim yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi wabah yang menular. Negara harus benar-benar mempersiapkan fundamental untuk masyarakat sebelum mengumumkan kebijakan ini. Penerapan yang tergesa-gesa dan tidak matang akan menjadi bumerang bagi masyarakat itu sendiri.

Manfaat dari kebijakan Lockdown tentu jelas menyasar pada meminimalisir penyebaran virus Corona. Virus Corona akan berputar di lingkungan sempit. Dalam beberapa negara, suspek virus Corona cenderung teridentifikasi awal di kota besar atau ibukota negara. Lockdown diharapkan  penyebaran virus Corona berhenti tidak sampai ke daerah-daerah. 

Kota besar, semisal DKI Jakarta merupakan gerbang dari Negara, hilir mudik manusia dari berbagai penjuru dunia terkonsentrasi disana. Besar prosentase kemungkinan kota besar merupakan pintu masuk virus Corona ke Indonesia. Seiring berlakunya Lockdown maka penanganan pasien lebih mudah, karena kota besar lebih mumpuni dibanding kota kecil dari segi fasilitas medis.

Efek positif lain, adalah berkurangnya polutan udara. Ruang publik hening, jalanan sepi dan tentu lalu lintas transportasi akan terbatasi secara sendirinya. Lintas transportasi kendaraan bermotor yang berkurang akan berdampak pada kualitas udara yang membaik. Hal ini terbukti di Italia, berdasarkan ESA (European Space Agency) pergerakan emisi di Italia menurun drastis sejak kebijakan Lockdown diterapkan negara tersebut.

Manfaat-manfaat positif yang timbul beriringan dampak negatif yang tidak kalah menakutkan dari virus Corona. Lockdown merupakan kebijakan yang mengerikan bagi kepentingan pertumbuhan ekonomi nasional. Penerimaan negara akan terus tertekan di tengah penanganan wabah yang membutuhkan biaya besar.  Pendapatan pihak swasta akan tergerus sangat parah dan berpengaruh pada PHK sepihak. Paling parah yang terkena dampak Lockdown adalah UMKM. Jutaan UMKM, pedagang kaki lima, dengan fundamental lemah tentu akan gulung tikar akibat satu kebijakan 

Di sisi lain, distribusi hasil produk terhenti dikarenakan saluran distribusi mati total. Distributor tidak dapat menyalurkan produk secara maksimal. Kebutuhan pokok perkotaan yang sebagian besar ditopang pedesaan berkurang secara signifikan dan berdampak pada kekurangan bahan pangan. Akibat kekurangan bahan pangan, maka harga kebutuhan tersebut akan meningkat. Kekurangan bahan pangan juga akan berdampak pada meningkatnya kriminalitas terutama di perkotaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun