Fokus yang terlalu berat sebelah pada perubahan perilaku personal membuat kita lengah. Penyebab utama produksi sampah dalam jumlah besar adalah sistem ekonomi yang tidak mendukung lingkungan berkelanjutan.
Jika memang ingin mengurangi sampah secara efektif, kampanye ini seyogianya juga menyeru dunia industri agar berkontribusi dalam mengubah pola produksi dan distribusi. Membatasi kemasan plastik sekali pakai, misalnya, atau mengembangkan sistem pengemasan yang dapat digunakan kembali merupakan komitmen yang perlu dibuktikan.
Daripada hanya menekankan pengurangan sampah sebagai tugas individu, kita perlu menggeser perspektif menuju tanggung jawab kolektif. Ramadan bisa menjadi momentum untuk mengadvokasi perubahan kebijakan yang lebih berkeadilan. Regulasi yang mengharuskan opsi tanpa plastik atau mendorong pasar tradisional mengurangi penggunaan kantong sekali pakai juga perlu diupayakan.
Pendidikan lingkungan selama Ramadan juga bisa diperluas. Bukan sebatas menyuruh orang untuk mengurangi sampah, tetapi juga menuntut pertanggungjawaban dari produsen yang menciptakan limbah dalam skala besar.
Selain itu, penting menata ulang gagasan tentang konsumsi berlebihan adalah satu-satunya masalah utama. Konsumsi selama Ramadan tidak selalu tentang perilaku yang dipicu oleh kerakusan, tetapi juga tentang bagaimana struktur sosial dan ekonomi membentuk kebiasaan kita.
Jika kita memang ingin membangun praktik Ramadan dalam tata kelola lingkungan yang berkelanjutan, solusi yang ditawarkan tidak berhenti pada seruan moral-individual, tetapi juga berani mengoreksi sistem yang memperburuk masalah.
Dengan membongkar dan menata ulang narasi "Diet Sampah Saat Ramadan," kita dapat membangun gerakan yang lebih inklusif dan transformatif. Kampanye lingkungan Ramadan bukan slogan kosong, tetapi diterjemahkan menjadi aksi nyata yang mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan secara kolektif.
Dengan demikian "diet sampah" tidak menjadi tren musiman, tetapi bagian dari transformasi jangka panjang menuju gaya hidup yang berkelanjutan.[]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI