Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Di Balik Ucapan "Maafkan Kebodohan Saya"

24 Mei 2020   09:20 Diperbarui: 24 Mei 2020   14:04 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohon maaf atas semua kebodohan saya. Foto; Dok. Pribadi/ ASS

Kawan saya protes.

"Kamu selalu menggunakan kalimat yang nyleneh-nyleneh!"
"Kalimat apa?"
"Maafkan semua kebodohan saya."

Oalah, baru ngeh saya. Kalimat itu memang saya pasang di status Whatsapp. Saya upload jam tiga dinihari menjelang shalat Shubuh 1 Syawal.

Saya memahami protes kawan saya. Pasalnya, saya menerima ucapan Idul Fitri dari teman, sahabat, keluarga, kolega. Rata-rata kalimatnya standar.

Memang ada panduan doa dari Nabi Muhammad saat Idul Fitri. Setiap muslim sebaiknya berdoa seperti yang diajarkan Nabi Muhammad.

Adapun kalimat yang saya pasang itu merupakan refleksi sekaligus cermin diri sendiri. Saya memang bodoh, bahkan sangat bodoh. Bukan hanya itu: saya juga dholim, bahkan sangat dholim.

Urutannya, dholim dulu baru bodoh. Al-Qur'an menyebut manusia itu dholuman jahuula. Artinya, manusia itu sangat dholim dan sangat bodoh.

Jadi, saya menyebut diri bodoh bukan rekayasa atau saya merendah-rendahkan diri. Faktanya, dari aspek dan dimensi apa pun, saya bodoh dan dholim. Itu pun bukan kata saya, melainkan pernyataan dalam Al-Qur'an. Saya manut saja.

Dholim itu sejenis kebodohan dalam dimensi internal. Ia bergerak ke dalam. Dhulmun artinya gelap. Dholim adalah bodoh yang menghasilkan kegelapan dalam diri.

Menganiaya diri sendiri, kira-kira ini bahasa Indonesia-nya. Perbuatan yang merugikan diri sendiri, sekecil apapun, adalah perbuatan aniaya alias mendholimi diri sendiri.

Makan dan minum yang melampaui batas kewajaran daya tampung perut pastilah perbuatan dholim. Yang menanggung akibatnya adalah diri sendiri. Ini jenis kedholiman individual.

Adapun kejahatan mencuri uang rakyat, menggunduli hutan, menguras minyak di perut bumi, membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar, merupakan bentuk kedholiman sekaligus kebodohan yang akibat dan dampaknya bersifat ganda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun