Mohon tunggu...
Achmad Daenuri
Achmad Daenuri Mohon Tunggu... Guru - peneliti

Peneliti dan Ketua di lembaga Peneliti dan Pegiat Pendidikan Pacasila dan Kewarganegaraan (P4Kn), dan Founder dari Royal advocate Foundation, lembaga yang mendedikasikan diri untuk pembelaan terhadap kejahatan penghilangan dan pembunuhan karakter para tokoh dalam sejarah oleh rezim penguasa dari jaman ke jaman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Last Caliph, Al-Hasan Ibnu Ali

28 April 2021   15:11 Diperbarui: 28 April 2021   15:15 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasabaran Khalifah Al-Hasan Ibnu Ali

  1. Baiat kepada Al-hasan 

Amirul Muminin al-Hasan di baiat untuk memegang tumpuk kekhalifahan sepeninggal ayahnya yang gugur secara syahid. Sebagai  khalifah, Al-Hasan harus mampu memikul beban yang sangat berat; karena negri-negri yang dibawah kekuasannya tengah di guncang kekacauan dan ketidak-setabilan politik. Angin kencang menerjang negri yang dipimpinnya dari segala penjuru. Betapa tidak? Pedang-orang-orang irak masih menyisakan darah setelah memerangi orang-orang Syam. Sementara, pertikaian antara Kubu Ali ibnu Abi Thalib dan kubu Mu'awayah bin Abu Sufyan pun belum selesai seratus persen, melainkan hanya gencatan senjata selama arbitrase berlangsung. Karena itu, nasib gencatan senjata kini berada di ujung tanduk; peperangan bisa meletus setiap saat dengan mudah, seperti sebelumnya.

Setelah Ali Karomatu Wajhah, meninggal dunia, setelah proses pemakaman selesai, sebagian orang mengambil inisiatif untuk menggambil baiat Al-Hasan sebagai khalifah pengganti ayahnya. Orang pertama kali membaiat Al-Hasan adalah Qais ibnu Sa'ad[i]. Ketika itu, Qais berkata kepadanya : "Ulurkan tanganmu, aku membaiatmu,(bahwa aku) akan selalu menegakan kitabullah, dan Sunnah Nabi-Nya. Dan, Aku akan ikut memerangi siapapun yang melanggar apa-apa yang di haramkan Allah"

            Mendengar perkataan demikian, Al-Hasan meralatnya : "kamu cukup mengatakan : "Aku membaiatmu,(bahwa aku) akan menegakan kitabullah dan sunnah nabiNya,' karena kedua hal inilah landasan semua syarat yang ditetapkan bagi orang yang berbaiat." Qais bin Sa'ad pun memmbaiat Al-Hasan dengan mengucapkan kedua kalimat itu saja, dan tidak menyebutkan hal lainnya. Kemudian, orang-orang ikut membaiat al-Hasan[ii]

            Sebelum al-Hasan menerima baiat dari penduduk Irak, dia menetapkan satu sayarat kepada mereka. Al-Hasan berkata : "Demi Allah, aku tidak akan menerima baiat ini kecuali kalian bersedia memenuhi syarat yang ku ajukan ."

            "Syarat apa itu?' tanya mereka.

            "kalian harus berdamai dengan siapapun yang ku ajak berdamai, dan harus memerangi siapaun yang ku perangi, "tegasnya.

            Dengan syarat tersebut, kita dapat melihat bagaimana perdamaian adalah rumusan pertama, langsung setelah dia di baiat sebagai sebagai khalifah.

            Penduduk irak setuju dengan permintaan al-hasan tersebut, dan dengan itu pula cucu Rasulullah ini mau menerima pembaiatan orang-orang irak, baik dari kalangan  rakyat biasa maupun kalangan pejabat yang diangkat ayahnya dahulu,. Setelah itu, ia langsung menjalankan tugasnya sebagai khalifah; dia mengatur struktur pemerintahan, menunjuk para gubernur, membentuk pasukan, menetapkan alokasi hibah negara kepada orang-orang yang berhak, dan menaikan tunjaangan bagi pasukan yang berjihad hingga simpati merekapun mengalir kepadanya.

  1. Penghianatan di Madain 

Al-Hasan bergerak meninggalkan Kuffah menuju madain dengan misi perdamaian. Ia mengirim pasukan ke wilayah maskin  di bawah komando Qais bin Sa'ad bin Ubadah al-Ansyari. Padahal waktu itu para pengikut al-Hasan menyarankan : "bergeraklah menuju kaum yang menentang Allah dan Rasulnya serta melakukan dosa-dosa besar itu." Yang mereka maksud adalah Mu'awiyah dan pengikutnya.

Namun Al-Hasan tetap dalam misinya mengirim Qais bin Sa'ad  ke maskin untuk mencari solusi perdamaian bagi kedua kubu yang bertikai. Sikapnya persis seperti kabar gembira dari Rasullullah, bahwa cucunya akan menjadi pemimpin di masa mendatang yang akan mendamaikan dua kubu besar umat islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun