Mohon tunggu...
Achmad Abdul Arifin
Achmad Abdul Arifin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Az Zaytun Indonesia

Cerdas, Bijaksana dan Inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mas Gibran Jadi Pengusaha Aja Deh

11 Februari 2020   11:08 Diperbarui: 11 Februari 2020   11:14 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: tirto.id

Seketika tak bisa menahan tawa karena tergelitik melihat mas Gibran menggelorakan kata "merdeka" beberapa kali ketika usai mendaftarkan diri untuk maju ke pertandingan pemilihan Walikota Solo 2020. Gimana ya, saya cuma merasa mas Gibran secara aura dan marwah yang terpancar dari dalam dirinya belum cocok menjadi seorang pejabat publik. Malah cukup menggelikan menurut saya.

Masuknya mas Gibran dalam proses penjaringan calon walikota Solo ini menambah stigma di masyarakat bahwa saat ini kebanyakan partai politik belum mempunyai sistem kaderisasi yang mumpuni. 

Sehingga elektabilitas yang menjadi faktor utama dalam melakukan konsolidasi dalam kontestasi pemilihan umum. Dan itu menimbulkan banyak sekali pertanyaan mengenai kapasitas dan kapabilitas dari calon yang hanya mengandalkan nama dirinya yang populer.

Mau bagaimanapun mas Gibran tak bisa dilepaskan dari nama besar ayahnya yaitu Presiden RI saat ini Bapak Joko Widodo. Walaupun banyak dalih menyatakan bahwa mas Gibran maju dalam pilkada atas keinginannya sendiri dalam menggunakan hak politik-nya lah atau mas Gibran maju sebagai representasi dari kaum milenial atau apalah apalah. 

Tapi jadi pemimpin itu bukan main-main bro. Kualitas yang harus dikedepankan disini, bukan kuantitas. Bagaimana mengatur tata kota yang baik dikarenakan pembludakan penduduk. 

Bagaimana menjaga nilai-nilai budaya supaya tetap lestari. Bagaimana menjalin komunikasi dengan masyarakat yang usianya beraneka macam. Dan lain-lain. Itu semua perlu komunikasi dan koordinasi yang mumpuni bro. Tidak hanya sekedar mengajukan proposal kemudian meneriakkan kata merdeka seolah-olah anda telah memperjuangkan kebutuhan rakyat.

Kalau memang merasa layak, seharusnya visi misi yang kongkrit harus diejawantahkan secara komprehensif kepada publik supaya publik bisa menilai. Saya rasa janganlah memakai retorika yang mana itu tidak bisa diukur secara ilmiah maupun alamiah. Sudah cukup kita merasa sedih dengan kelakuan para politisi senior yang pandai memainkan kata-kata.

Memang betul Jawa Tengah khususnya Solo selama ini dikenal sebagai kandang banteng. Bahkan PDIP mempunyai 30 kursi di DPRD Solo yang berarti menjadi mayoritas yang sangat kokoh di parlemen. Banyak pengamat juga menyatakan, siapapun calon yang diusung oleh PDIP nantinya bisa dipastikan hasilnya akan seperti yang dulu-dulu. 

PDIP akan me-KO-kan lawan-lawannya dengan sangat gampang. Dengan data-data seperti itu dan jika kita menggunakan psikologi terbalik terkait nama mas Gibran, kenapa PDIP secara mutlak tidak memilih pak Achmad Purnomo yang selama ini sudah berkecimpung di dunia politik kota Solo. Sudah jelas beliau lebih paham dan mengerti, bahkan bisa dikatakan beliau sudah siap tempur menghadapi dinamika persoalan di Kota Solo.

Poin yang saya mau sampaikan adalah seperti yang dikatakan Cak Nun. Bahwa saat ini adalah masa ketika kita tidak bisa membedakan mana emas mana batu. Bahkan terkadang, saking jumud-nya yang semula batu di cat dengan warna emas supaya diberi label emas oleh para pembelinya. Lah ini kan penipuan. 

Makanya banyak khalayak yang apatis terhadap pesta elektoral negara demokrasi ini. Karena yang diperjuangkan oleh partai politik hanya kemenangan semata. Bagaimana 5 tahun kedepan kita bisa leluasa berkuasa. Sehingga proses kaderisasi tidak berjalan dengan baik. Karena calon yang diusung datang ujug-ujug dengan membawa nama besar. Imbasnya yang merasakan ya masyarakat yang telah kena tipu tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun