Episode: Sayembara Menangkap Garangan 5
Sang surya terlihat telah berada di posisi tertinggi dan suasana panas pun terasa seakan membuat otak mendidih. Di sebuah teras berkeramik hitam putih ala papan catur, tampak seorang lelaki berpeci hitam duduk bersandar pada tiang atap. Seolah sedang menikmati embus angin sepoi-sepoi, seraya menatap gumpalan awan putih yang menghiasi biru langit.
"Pak RT, kami mau minta ganti rugi!" Musiyem yang datang tiba-tiba beserta emak-emak lain.
"Loh ... loh, ganti rugi opo toh, Mak?" Sobach penuh keheranan.
"Udah, Pak RT jangan kura-kura dalam perahu!," celetuk Siti.
"Apa itu, Bu?" tanya Mboy dengan lugunya.
"Pura-pura tidak tahu," sahut Bunga sambil bersembunyi di balik tubuh Mboy, karena tak ingin melihat peci Sobach dan hijab Musiyem yang sama-sama hitam.
"Serius saya masih belum mengerti apa maksud sampean-sampean ini, tolong bisa diperjelas lagi," pinta Sobach sambil celingak-celinguk berharap melihat Achenk, Pinto atau Kiky.
Kemudian sebagai juru bicara, Musiyem pun mengutarakan maksud dan tujuan emak-emak yang intinya mengenai kejanggalan sayembara.
"Sabar, Mak." Achenk yang baru datang. "Pak RT sama sekali ndak bohong, saya saksinya kalok beliau bener-bener pernah piara garangan," jelas Achenk melanjutkan kebohongan.
"Kalok emang beneran, mana buktinya?" pinta Indah. "Pasti punya fotonya!"