Mohon tunggu...
Ramdhan hunowu
Ramdhan hunowu Mohon Tunggu... Penulis

Penulis aktif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Palu Nomoni di Sulawesi Tengah

27 Oktober 2024   14:49 Diperbarui: 27 Oktober 2024   14:59 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Republika online.com

Upacara adat Baliya Jinja adalah sebuah ritual pengobatan dukun yang sudah dikenal beberapa masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun itu. Ritual ini dilakukan untuk mengikuti sesuai dari nenek moyang terkaitbagaimana menyembuhkan penyakit- penyakit yang serang tubuh. Sebelum itu di rumah sakit, upacara itu diandalkan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan alternatif yang diyakini efektif

Proses pelaksanaan ritual Baliya Jinja melibatkan berbagai tahapan spiritual dan rituilistik. Mulai dari pengolesan minyak wangi hingga peniupan alat musik tradisional, setiap langkah dilakukan dengan harapan dapat membersihkan badan dan jiwa korban sakit. Penawaran sesaji berupa ayam dan kambing juga dilakukan untuk memohon perlindungan roh nenek moyang

Transformasi digitalisasi ekonomi lokal pun tak luput Teknologi informasi modern sepertisocialmediadan aplikasi turismodigunakan untuk meningkatkan efisiensi distribusiinformasi terkait event-eventturism nasional/internasionall termasukfestivalpalu nomoni yang makin strategis dalam era globalisasi saat ini Melaluiplatformonline, festival ini dapat menjangkau audiens global lebih luas lagi tanpabatasangeografis apapunlagiPromosi pariwisata yang lebih agresif juga dilakukan untuk meningkatkankunjungan wisatawan domestik maupun internasional ke destinasi FestivalPaluNomoni merupakan contoh yang baik dalammengintegrasikan tradisibudayadengan modernitas.Dengan menggabungkanunsur tradisional dengan kegiatan- kegiatan kontemporer seperti maraton internasionaldan kampung kuliner, festival ini menunjukkan bahwa warisan budaya tidakharushilang ditelan zaman.
Masyarakat Kaili berusaha untuk menjaga warisan budayanya sambil tetap relevan dalam era modern. Musik tradisional seperti gimba dan lalove masih digunakan sebagai ikonik representasi Palu Nomoni, mengiringiacara-acara dengan suasana yang tak terlupakan. 

Sumber Gambar Antara News.com
Sumber Gambar Antara News.com

Dengan demikian maka semoga kedepannya Palu Nomoni selalu menjadi simbol identitas kuat bagi bangsa Indonesia beserta komunitas Kaili sendiri juga tentu saja! Festival Palu Nomoni bukan hanya sekedar acara tahunan; ia adalah cerminan dari perjuangan masyarakat Kaili untuk melestarikan warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi. Melalui rangkaian kegiatan yang unik dan beragam, festival ini menampilkan kekayaan budaya Sulawesi Tengah yang tiada duanya. Semoga ke depannya, tradisi ini terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi generasi- generasi mendatang untuk tetap menghargai dan melestarikan warisan budaya mereka.
Warga Palu memiliki kekecewaan yang mendalam terhadap Festival Palu Nomoni, terutama terkait dengan ritual balia yang dihadirkan dalam acara tersebut. Kekecewaan ini tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga berakar pada keyakinan dan kepercayaan masyarakat setempat mengenai dampak ritual tersebut terhadap keselamatan dan kesejahteraan mereka

Salah satu aspek utama dari kekecewaan ini adalah anggapan bahwa ritual balia, yang merupakan bagian integral dari Festival Palu Nomoni, telah menjadi penyebab terjadinya bencana alam yang melanda kota Palu. Setelah festival dihidupkan kembali pada tahun 2016, warga mulai merasakan adanya pola aneh di mana setiap kali festival berlangsung, selalu ada kejadian alam yang merugikan. Misalnya, pada tahun 2016, terjadi gempa bumi di daerah Bora dan Sigi Biromaru; pada tahun 2017, angin kencang dan hujan deras melanda Talise; dan puncaknya, pada tahun 2018, gempa bumi dan tsunami menghancurkan banyak bagian kota. Banyak warga yang berpendapat bahwa ritual balia yang melibatkan unsur-unsur spiritual dan sesaji kepada roh nenek moyang telah mengundang bencana tersebutRitual balia sendiri adalah praktik tradisional yang sudah lama ada dalam budaya suku Kaili. Ritual ini bertujuan untuk di sembuhkan orang lagi sakit dan mengusir roh jahat,.

namun seiring berjalannya waktu, praktik ini mulai jarang dilakukan. Ketika pemerintah kota memutuskan untuk menghidupkan kembali ritual ini dalam Festival Palu Nomoni, banyak warga merasa bahwa hal tersebut adalah langkah mundur bagi masyarakat yang telah berusaha untuk meninggalkan praktik-praktik yang dianggap musyrik atau tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.Kekecewaan warga semakin meningkat ketika mereka melihat bahwa festival ini menghabiskan dana publik dalam jumlah besar tanpa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Banyak orang merasa bahwa uang tersebut seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur atau program sosial lainnya yang lebih mendesak. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa festival ini lebih menonjolkanaspek komersialdaripada pelestarian budaya yang sebenarnya.
kesejahteraan mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun