Mohon tunggu...
Abunawar Bima
Abunawar Bima Mohon Tunggu... Editor - Vini Vidi Vici

Yang telah berlalu adalah REALITA, Kini yang dihadapi adalah FAKTA dan Kedepan ada hal-hal yang tidak terduga yang akan menjadi NYATA. Semoga yang nayata itu adalah bagian dari do'a kita semua yang terkabulkan, Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Ladole Menengok Kampung Halaman

16 Mei 2015   05:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430925567410043812

Padahal yang terpenting sebenarnya adalah ” Dimanapun tempat tinggal saat ini bukanlah masalah akan tetapi lakukanlah sesuatu agar orang-orang dikampung ikut terangkat derajad kehidupannya atau Anda sudah menikmati hidup mapan dengan berbagai fasilitas mewah direrantauan, lalu bilang, saya bangga menjadi orang Bima ! saya rasa itu lebih baik dari pada pulang tanpa bisa melakukan apa-apa disana.

Saya juga teringat dalam suatu rapat akbar di Jakarta, seorang Purnawirawan dengan lantang mengatakan : Sudah sekian lama mengenyam pendidikan dan berhasil menyandang berbagai jabatan strategis, kini saatnya pulang untuk membangun kampung halaman?

Lah, kenapa harus nunggu pensiun dulu boz baru memikirkan kampung halaman? Kalau sudah pensiun….artinya sudah berumur dan sudah pasti tidak selincah, gesit dan gagah seperti sebelumnya.

Seharusnya pada saat memangku jabatan, pada saat itulah anda bisa memanfaatkan pengaruh besar anda untuk kemajuan kampung halaman, lantas akan memberikan sumbangsih apa dengan sisa-sisa umur yang sudah uzur?

Wajar saja ada satu peserta yang dengan lantang bertanya kepada Sang Purnawirawan, pertanyaanya seperti ini : Saya kagum dengan biografi dengan segala macam prestasi maupun jabatan yang Bapak capai selama ini, tetapi yang sangat mengherankan kenapa nama Bapak tidak begitu dikenal Di Daerah Bima dan sayapun baru mengenal Bapak pada saat rapat ini, itu berarti selama ini Bapak sama sekali tidak memberikan kontrubusi apapun untuk kemajuan Daerah bima, kenapa setelah mau pensiun tiba-tiba menjadi bersemangat ingin membangun Daerah Bima, ini pasti ada tujuan lain dibalik semangat Bapak yang begitu menggelora.

Jawaban Sang Punawirawan : Saya tidak mengerti maksud pertanyaan Anda akan tetapi saya bersedia kapan saja untuk menemui saya langsung untuk membahas pertanyaan Anda tadi.


Saya yakin sang Purnawirawan sudah faham menghadapi situasi seperti ini makanya beliau memberi opsi untuk menemuinya langsung, kenapa? Sipenanya timbulnya keberaniannya karena peserta rapat cukup banyak, lain hal kalau berhadapan langsung, tentu saja nyali sipenanya bakal ciut, iya gak, atau Sang Purnawirawan punya jurus tertentu untuk menyumpal mulutnya agar enggan berbicara, bukan begitu Pak Purnawirawan?

Pengalaman pahit ketika berkunjung keseorang pejabat asal bima dalam rangka kunjungan kerja, namun setelah tau saya berasal dari bima, birokrasi untuk menemui beliau jadi dipersulit, untung sang ajudannya mengenal saya karena anak beliau sahabat saya.

Beliau langsung mendekati saya dan berbisik, biasanya kalau boz tau tamunya asal Bima akan dipersulit, karena… kebanyakan yang datang cuman minta sumbangan! Astagfirullah…! Semangat kebangsaan dan solidaritas sebagai warga Bima langsung hilang seketika dan saya langsung membatalkan keinginan untuk bertemu dengan beliau.

Sepanjang perjalanan pulang, otak saya dipenuhi berbagai pikiran yang negatif, kok bisa yah? tapi saya tak ingin terbelenggu dengan hal-hal yang negatif, ya sudahlah ini fakta negatif yang harus segera saya rubah menjadi positif karena saya yakin dibalik kesulitan pasti akan ada jalan kemudahan. Fakta yang saya anggap negatif tadi saya coba mengubahnya menjadikan obyeknya seperti ini :

Pejabat tadi saya ubah menjadi Saya sendiri, saya selalu berharap agar tamu saya adalah warga Bima, Saya terima dengan baik dan mempelajari apa keinginannya, singkat cerita saya sudah bisa menebak tamu saya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun