Mohon tunggu...
Abu Ga
Abu Ga Mohon Tunggu... lainnya -

take it easy, make it simple and life is beautiful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demokrasi Sholat di Masjid Qatar

26 Maret 2010   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:11 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai negara Islam tentu sangat meudah menemukan masjid di Qatar. setiap beberapa ratus meter sudah ditemukan masjid. Setiap masjid mempunya seorang muadzin dan imam. sehingga ketepatan waktu sholat dapat dijaga. Semua masjid dibawah naungan Kementrian Awkaf. Di Qatar masjid terbagi masjid sunny dan syiah. Masjid syiah biasanya ditandai dengan menara yang berwarna hijau. KIta hanya akan berbicara tetntang masjid sunni saja. Di masjid sunni tidak mengenal masjid NU, Muhamadiyah atau masjid golongan lain layaknya di Indonesia. Eh.... masyarakt sini juga tidak mengenal organisasi keagamaan seperti di negara kita. Masyarakatnya juga sudah dewasa dalam pemahaman fikih sehinggah perbedaan khilafiyah tidak harus membentuk golongan tersendiri. Dalam peribadatan secara umum masjid-masjid ini mengikuti fikih madhab seperti yang dianut oleh kaum Muhamadiyah.  Anda tidak akan menemukan dhiba'an, yasinan, tahlil, peringatan israj mi'raj, mauludan atau siang-siang orang mengaji dengan speaker yang keras dari masjid atau rumah. Kalau ada sudah pasti dilarang oleh agamawan dan diberi label bid'ah. Sholat pada umumnya Kalau kita masuk ke dalam masjid kita akan menemukan gerakan sholat yang beragam. Fenomena ini dianggap biasa. Ada imam membaca surat Alfatihah dengan bacaan Bismillah yang keras, ada yang lirih seperti langsung membaca Alhamdulillah. Yang demokratis juga ada. Ketika membaca Alfatihah dikeraskan Bismillahnya, ketika membaca ayat dilirihkan. Saya suka yang model yang mengambil jalan tengah ini. Duduk tahiyat juga berbeda-beda. Begitu juga selesai sholat ada yang mengusap dahi dan tidak, ada yang bersalaman dan tidak. Ada yang berdoa dengan mengangkat tangan dan ada pula yang tidak. Satu yang pasti mereka tidak pernah dzikir bersama-sama dengan usara yang dikeraskan. Di masjid banyak terdapat kursi bagi yang tidak kuat berdiri dan sandaran bantal yang empuk-empuk. Qunut Hampir seluruh masjid di Qatar tidak berqunut ketika sholat subuh. Tapi ada demokrasi bagi yang mau berkhunut. Yaitu imam akan berdiri agak lama setelah bangkit dari rukuk yang kedua sebelum sujud. Jedah waktu ini sangat cukup bagi yang mau membaca qunut. Qunut adalah intinya doa jadi apa salahnya membaca doa setelah rukuk tetapi tidak bersama-sama dipimpin imam. Saya berpikir itulah kompromi madhab dalam menyikapi qunut. Shoalt Tarawih Sholat tarawih ada yang melakukan 8 rakaat + 3 witir dan ada juga 20 rakaat + 3 witir. Jumlah yang memilih opsi pertama dalah yang terbanyak. Yang sering saya saksikan di sini adalah nuansa demokrasinya. Biasanya setelah bilangan rakat ke-8 selesai imam akan memberi pengumuman. Siapa yang mau meneruskan sholat tarawih dipersilahkan. Bahkan tidak jarang berganti imam dan sebagian yang lain melanjutkan shalat witir. Sebagian besar pulang ke rumah dan sholat witirnya tengah malam. Ada yang berkhunut mulai malam pertama, ada yang berkhunut mulai malam ke 15 dan ada yang tidak berqunut sama sekali. Semua rukun dan saling menghormati. Menginjak malam ke-21 hampir seluruh masjid mengadakan apa yang disebut Qiyamullail atau sholat tengah malam. Ehm.......... terasa sekali perbedaan dalam kesatuan. Jum'atan Sholat jum'at juga demokrasi. Kalau malau adzan dua kali maka adzan pertama dimulai lebih awal. Yang paling banyak adalah khotib naik ke mimbar dan membaca salam, kemudian adzan dikumandangkan dan khotib melanjutkan berkhutbah. Ketika khutbah memasuki paruh kedua dan khotib membaca do'a maka gemuruh suara amin......amin juga membahana layaknya masjid NU. Ketika pulang kampung saya berbicara kepada sesepuh NU dan Muhamadiyah agar rukun dan mencontaoh praktik demokrasi seperti di masjid Qatar. Beragam komentar yang muncul namun rata-rata mereka bilang terikat dengan organisasi. Akhirnya kita lihat fenomena di Indonesia satu kampung atau desa berdiri masjid NU dan Muhamadiyah. Selamat melaksanakan sholat Jum'at. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun