Mohon tunggu...
Agung Budilaksono
Agung Budilaksono Mohon Tunggu... profesional -

Seorang yang mempunyai cita-cita untuk menjadi yang lebih baik dan menciptakan kedamaian bagi sesama...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haruskah Kebebasan yang Melewati Kodrat Dibiarkan?

20 Desember 2012   02:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:20 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Miris sekali begitu saya membaca sebuah harian berbahasa Inggris ketika sedang menikmati makan malam sendirian. Di salah satu halamannya tertulis “Making their voices heard” dengan latar belakang gambar mengenai LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender). Intinya mereka menuntut persamaan hak, kebebasan melakukan keinginannya, dan pengakuan atas keberadaannya. Gila bener!!!Komentar saya dalam hati.

Courtesy: Jakarta Post

Alih-alih karena itu bukan penyakit jiwa, mereka menuntut agar semua masyarakat yang normal untuk mengakui ketidaknormalannya mereka. Terus terang, menurut pandangan saya, ini sangat sangat aneh. Saya dan sebagian orang lain diminta untuk mengakui ketidaknormalan keadaan. Sama halnya saya, ketika kita diharapkan untuk mengerti dan mahfum dengan kebiasaan korupsi di sekitar kita. Padahal budaya korupsi sudah jelas-jelas bisa disembuhkan. Para pendukung LGBT berdalih bahwa kondisi mereka itu adalah bawaan lahir dan tidak dapat disembuhkan. Menurut saya, itu adalah kebiasaan kita terhadap sesuatu yang aneh dan diluar kewajaran yang terus terakumulasi karena pembiaran.

Banyak tulisan para ahli ilmu kejiwaan yang mengatakan bahwa gay atau lesbian merupakan bawaan dari lahir. Mereka akan merasa canggung ditengah kenormalan lingkungannya. Hal itulah yang membuat mereka menentukan jalan hidup seksualnya dengan mengubah dari kodratnya. Bagi saya itu SALAH BESAR. Seorang bayi dikodratkan lahir dengan suci. Lingkungan, termasuk orang tua, yang akan mengarahkan dasar jalan hidupnya. Si anak kelak akan menjadi taat beragama apabila diberikan contoh oleh orang tuanya. Menjadi anak yang disiplin dan tertib juga karena mengikuti kebiasaan lingkungan terdekatnya. Juga, terkait dengan orientasi seksualnya. Kasarnya, anak seorang penjahat kelas berat begitu lahir dan dibesarkan oleh orang tua angkat yang taat beragama akan berdampak pada anak tersebut kelak. Perumpamaan lain, saya yang orang Indonesia dengan adat istiadat ketimuran bila menitipkan anak saya dari bayi hingga dewasa di lingkungan budaya barat sudah dipastikan bahwa akan mempunyai cara pandang yang berbeda.

So, apakah kita akan membiarkan rasa risih kita dengan kaum LGBT menyusut dan ikut-ikutan mendukung mereka? Mendukung ketidaknormalan berarti akan meningkatkan populasi mereka secara pesat. Menurut harian Kompas yang bersumber dari lembaga internasional, jumlah kaum gay di Indonesia tahun lalu sudah mencapai 3 juta orang. Sudah naik hampir 4 kali lipat dibanding tahun 2009 yang “baru” berjumlah 800 ribu orang.

Kebebasan adalah hak hakiki setiap individu. Namun koridor-koridor yang sudah dikodratkan Maha Pencipta mesti menjadi acuan absolut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun