Mohon tunggu...
Abu Jundullah
Abu Jundullah Mohon Tunggu... -

Hamba Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Hati Ala Aa Gym

1 April 2011   11:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:13 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1301656821203943363

 

[caption id="attachment_98217" align="aligncenter" width="318" caption="Aa Gym Menggugat Cerah Teh Ninih"][/caption]

Kabar perceraian Dai kondang Abdullah Gymnastiar atau biasa disapa Aa Gym dengan istri pertamanya Ninih Muthmainah atau Teh Ninih bukan isapan jempol. Menurut Detik.com, Senin, 14 Maret 2011 silam, melalui kuasa hukumnya Aa Gym mendaftarkan cerai talak ke Pengadilan Agama Bandung. Nomor perkara gugatan tersebut adalah 845/pdt-g/2011/PA-bdg.  Dalam surat itu Aa Gym memohon agar pengadilan agama mengizinkan dia menjatuhkan ikrar talak 1 terhadap istri pertamanya, yang telah ia nikahi 24 tahun itu. Aa Gym mendaftarkan gugatan cerainya melalui kuasa hukumnya Jenal SH, yang beralamat di Kota Banjar. Aa Gym menikahi Teh Ninih pada tahun 1987. Pasangan ini dikaruniai tujuh anak, yakni Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali, dan Gheriya Rahima. Pada November 2006, Aa Gym menikahi janda beranak tiga Alfarini Eridani atau akrab disapa Teh Rini. Dari istri keduanya ini, Aa Gym dikaruniai satu orang putra. Pernikahan Aa Gym dengan Teh Rini saat itu menjadi pemberitaan yang sangat ramai di media. Sebelum menikahi Teh Rini, hubungan Aa Gym dengan Teh Ninih sangat harmonis. Bahkan, saat itu menjadi panutan bagi banyak jamaah. Aa Gym dan Teh Ninih selalu kompak saat menyampaikan materi pengajian. Keduanya pun saat itu menjadi idola keluarga sakinah.

Akhirnya, berakhir juga petualangan Aa Gym dalam cinta. Ia tidak dapat menjaga hati istrinya sendiri. Sudah dipoligami, diceraikannya pula.

Kesantunan dan ajakan berbuat baik, tidak cukup hanya diucapkan. Apalagi jika yang mengatakan adalah guru, tokoh, atau ulama. Mereka akan dinilai dari perbuatannya juga. Ketidakselarasan antara ucapan dan perbuatan, menunjukan lemahnya integritas. Integritas adalah faktor sangat penting bagi tumbuhnya kepercayaan publik kepada guru, tokoh, atau ulama.

Bagi Aa Gym sendiri, ia pun kehilangan kesempatan untuk meluaskan niatnya beramal baik kepada banyak orang. Dengan peristiwa ini, sukar bagi masyarakat luas yang rasional dan kritis untuk menerima dakwahnya kembali dengan tulus. Mestinya ia berpoligami dengan masyarakat. Masyarakat membutuhkan Aa Gym lebih daripada Aa Gym membutuhkan Teh Rini.

Hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa ini adalah:

1.    Satukan perkataan dan perbuatan. Hindari No Action Talk Only

2.    Bersikaplah kritis pada ucapan dan pendapat guru, tokoh, atau ulama. Jangan menerima begitu saja tanpa reserve atau take for granted

3.    Carilah dan pahamilah hakikat, esensi, bukan simbol-simbol atau penampakan fisik, misalnya simbol-simbol agama.

4.    Kata-kata yang baik akan tetap baik walaupun diucapkan oleh seorang penjahat, pengikut Islam liberal, Ahmadiyah, NU, Muhammadiyah dsb. Ikuti kata-katanya, namun jangan ikuti perbuatan orangnya (jika jelek).

5.    Jadilah penganut agama yang rendah hati. Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk para ulama, bahkan para nabi.

6.   Mau poligami ? Apakah anda siap untuk menjaga hati para istri ? Tidak setuju poligami bukan berarti setuju dengan perselingkuhan lho.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun