Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sampah, Polemik Berkepanjangan Tak Berujung

22 April 2018   23:52 Diperbarui: 23 April 2018   09:07 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buanglah sampah pada tempatnya ! Peringatan itu sudah diketahui anak kecil sejak duduk dibangku TK dan SD. Kebiasaan itulah yang diajarkan para guru kepada anak didiknya untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan sejak dini yang ada di Sekolah menjadi maindseat anak agar tidak sembarangan membuang sampah pada tempatnya.

Orang tua dan lingkungan sekitar merubah maindseat anak

Kebiasaan anak sejak dini untuk mengikuti tata tertib di Sekolah agar tidak membuang sampah sembarangan, mungkin awalnya ditaati. Namun, seringkali usaha yang sudah dilakukan para pendidik di Sekolah, dirusak oleh peran dan kebiasaan orang tua maupun lingkungan sekitar. Seringkali anak melihat bapak dan ibunya membuang sampah sembarangan. Ia menyaksikan sendiri orang tuanya membuang bekas botol minuman, plastik bekas makanan dan lainnya di sembarang jalan. Perlahan, karena terbiasa dilakukan orang tua, anak secara tidak langsung mengambil kesimpulan bahwa orang tua saja masih membuang sampah sembarangan.

Sebuah pesan yang semestinya bisa menohok adalah," Sekolah SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah S1 4 tahun, tapi koq masih buang sampah sembarangan...Gak malu tuh". Kebiasaan membuang sampah sembarangan ini mestinya harus diputus mata rantainya. Jangan sampai berlanjut dan akhirnya bisa merusak tata kota, keindahan alam bahkan terjadinya banjir.

Kesadaran inilah yang harus ditanamkan kepada seluruh masyarakat di semua jenjang. Malu lah pada anak TK yang masih polos saat selesai dia makan atau minum, lalu bungkusnya ia buang di tempat sampah. Jangan sampai orang tua mengotori perilaku anak yang sudah ditanamkan oleh para pendidik agar tidak sembarangan buang sampah.

Penulis, beberapa kali menemui sebuah mobil yang mewah, bagus, tiba-tiba seseorang membuka jendelanya dan membuang sampah bekas botol plastik minuman, plastik makanan dan sebagainya. Ini contoh pribadi orang yang tidak menghargai lingkungannya, bahkan justru mengotori. Semestinya, semakin naik tingkat derajatnya dalam strata pendidikan maupun karir, bisa menghargai lingkungan sekitar.

Kisah Fiksi yang Menginspirasi

Suatu ketika, di negeri antah berantah hiduplah seorang Raja yang bijaksana. Raja yang mampu mengatur roda pemerintahannya dengan melibatkan rakyatnya untuk bersama-sama membangun negerinya. Waktu pun berganti, masyarakat semakin meningkat perekonomiannya karena saling membangun dan kerjasama yang tinggi antar warga.

Namun, suatu ketika terjadi kesulitan, mereka susah mendapatkan bahan minyak sayur untuk memasak. Menggoreng tempe, ikan dan masakan lainnya pasti bergantung dengan minyak sayur. Sehingga, Raja memberikan ultimatum kepada warganya bahwa besok, masing-masing warga membawa minyak satu liter untuk dijadikan satu dalam wadah bejana yang besar sehingga bisa menjadi stock lumbung minyak.

Malamnya, jelang besok para warga mengumpulkan minyak, ada salah seorang warga yang berfikir," buat apa saya bawa minyak, mending bawa air saja. Toh tidak akan kelihatan, dari jutaan liter minyak, dituangkan hanya satu liter air.

Besoknya, para warga sudah berkumpul di aula untuk mengumpulkan minyak. Ternyata, setelah dituangkan ke dalam bejana besar, terdapat hanya air saja, semua warga membawa air, bukan minyak. Apa yang bisa dipelajari dari kisah fiksi ini ? Maindseat seseorang bisa saja berfikir ketika dia membuang sampah sembarangan, toh Cuma sedikit, nanti juga dipungut pemulung. Toh Cuma plastik kecil, toh Cuma wadah minuman botol kecil dan pola pikir lainnya. Namun, sayangnya pola pikir itu menghinggapi jutaan manusia, sehingga numpuklah sampah dan tidak teratasi dengan mudah dari satu pihak saja. Semestinya semua pihak memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan agar sampah tidak berserakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun