Mohon tunggu...
abi nabih
abi nabih Mohon Tunggu... -

aktivis th 90an

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudurisme

15 Maret 2018   22:52 Diperbarui: 15 Maret 2018   23:12 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh ; KORNAS JOIN

Dalam kesempatan talkshow Mata Najwa bertajuk "Siapa berani jadi Presiden?" di Trans7 Rabo, 14 Maret 2018 pada pukul 20.15 semalam, Cak Imin sebagai salah satu Nara Sumber menyatakan gagasan Sudurisme yang akan diusungnya dalam kancah Pilpres 2019 mendatang.

Sudurisme, demikian cak imin, adalah gabungan antara pemikiran Soekarno dan Gusdur mengenai Islam dan Nasionalisme di Indonesia.

Sebagai sebuah terminologi ideologis maupun intelektual, sudurisme ini tentu sesuatu yang baru sama sekali.  Belum pernah ada seorang pemikir, peneliti maupun pengkaji nasionalisme yang berusaha memadukan dua gagasan tokoh besar bangsa ini, yakni Soekarno dan Gusdur, dalam suatu gagasan ideologis Sudurisme (Sukarnoisme dan Gusdurisme).

Sayang sekali, karena keterbatasan waktu, Cak Imin belum sempat menjelaskan apa dan bagaimana epistemology pemikiran Sudurisme tersebut. Hanya sekilas dia sempat menyebut bahwa gagasan Sukarno tentang Islam yang diindonesiakan.

Sebagaimana kita tahu Soekarno adalah tokoh perjuangan pergerakan dan kemerdekaan Indonesia.

Riwayat hidupnya dipenuhi oleh petualangan pemikiran dan gerakan nasionalisme. Sejak belajar tentang nasionalisme dan sosialisme Islam melalui Cokro Aminoto dalam gerakan Syarikat Islam, Soekarno kemudian mendirikan sendiri Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927 yang membawa agenda gerakan nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.

Kokohnya pandangan nasionalisme Soekarno inilah yang bersambut dengan gerakan Islam yang ada saat itu, yakni Syarikat Islam, Muhammadiyah dan NU. "Cintaku pada tanah air menjadi bagian dari cintaku terhadap semua umat manusia", demikianlah adagium yang dikutipnya dari pemikiran ghandi.

Kuatnya Gerakan Nasionalisme dan gerakan Islam saat itu memaksa Soekarno pun berusaha memadukan Islam, marsisme dan nasionalisme, dimana titik temunya, menurut Soekarno, terletak pada adanya musuh bersama yaitu Kapitalisme, Kolonialisme dan Imperialisme.

Ketiganya merupakan kekuatan asing yang berusaha menghancurkan keadilan, kemanusiaan dan kedaulatan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Gagasan besar inilah hingga kini berusaha diabadikan dan diperjuangkan oleh para Soekarnois yang tergabung dalam barisan nasionalis, yang barangkali salah satunya termanifestasi dalam PDIP, pimpinan Megawati yang nota bene Putri Soekarno.

Sementara Gusdurisme merupakan gugusan dan pengembangan pemikiran yang diinspirasi dari kakeknya Gusdur sendiri, yakni KH. Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim membuat slogan yang saat sangat terkenal, yakni "hubbul waton minal iman". Bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Mbah Hasyim sudah menggelorakan semangat nasionalisme sejak beliau belajar di Mekah, ketika melihat gejolak gerakan Panislamisme di dunia Islam terutama Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun