Mohon tunggu...
Abie Omar
Abie Omar Mohon Tunggu... -

C'est La Vie !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jurus Mabuk milik siapa Fahri atau Budi ?

21 Mei 2013   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:15 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13690457961502375917

[caption id="attachment_262506" align="aligncenter" width="666" caption="Gambar diambil dari http://www.rimanews.com"][/caption]

Bagi seorang penggemar film kungfu , pasti mengenal apa yang disebut jurus mabuk. Bahkan tak sedikit film kungfu terkenal yang mengambilnya menjadi judul. Seperti Drunken fist dll. Dan tak sedikit pula artis – artis kungfu terkenal memainkan jurus ini dalam perannya termasuk Jackie Chan dan Jet Li. Jurus mabuk biasanya jurus pemungkas. Kenapa ? Biasanya jurus ini di keluarkan paling terakhir. Setelah jurus – jurus lain gagal semua. Jurus ini bisa jadi jurus paling andalan atau justru jurus putus asa karena gak tau lagi mau jurus apa.

Kemunculan Fahri Hamzah setelah cukup lama diam oleh banyak pengamat adalah bentuk keputus - asaan PKS setelah cukup lama di obok - ob0k KPK dan akibatnya PKS di bully media massa dengan pengamat – pengamat bayarannya serta melalui opini publik yang di ciptakannya. Ditambah lagi lagi ikut nimbrungnya lembaga – lembaga anti korupsi spesialis cari muka yang kadang tak peduli duduk persoalan.

Semua tahu gimana track record antara Fahri Hamzah dan KPK yang memang kelihatan kurang harmonis sejak masa lalu. Saat kasus cicak dan budaya. Saya pikir saat itu Fahri Hamzah adalah satu – satunya tokoh publik yang paling lantang berani membela POLRI saat yang lain menghujatnya.  Dan atas sikapnya itu ia memperoleh predikat politisi paling tidak di sukai masyarakat bersama Ruhut Sitompul.

Bila kemunculan Fahri dianggap sebagai jurus mabuk yang dikeluarkan PKS untuk membela diri adalah bentuk keputus asaan . Pengamat lupa, tidak semua sesuatu itu seperti yang kelihatannya. Dan kenyataan nya kita melihat kemunculan Fahri (yang disebut - sebut) dengan jurus mabuknya. Berhasil mengubah jalan nya pertarungan menjadi lebih imbang.

Karena bila yang terjadi antara KPK dan PKS adalah sebuah perseteruan. Maka bila di cari ikon dari kedua belah fihak , maka saya yakin semua setuju bila Fahri Hamzah dan Johan budi adalah orangnya. Karena kedua orang inilah yang paling aktif berpolemik di media. Walaupun kadang kita sulit memilah yang mana pernyataan pribadi , yang mana mewakili institusi.

Sebelum fahri muncul bisa di bilang PKS seperti petinju yang terpojok di sudut ring. Hanya bisa menutupi kepala (kehormatan) dari pukulan terus – menerus dari pihak lawan. Yang gila, si petinju bukan hanya harus mempertahankan diri dari satu lawan. Dalam hal ini wasit (yang harusnya netral ) yang diwakili media juga ikut mukul. Komentator pertandingan yang diwakili pengamat – pengamat gak jelas, pakar – pakaran hukum dan lembaga pegiat anti korupsi spesialis cari muka juga ikut mukul. Yang paling gila adalah penonton dalam bentuk persepsi dan opini publik juga ikut melempari dari luar. Kebayangkan betapa menderitanya PKS. Karena pelacurisasi terhadap PKS berhasil. Dan siapa yang membela seseorang yang di cap pelacur ? Tak ada . Hampir semua Bandar taruhan yang diwakili lembaga – lembaga survey pesanan meramalkan kehancuran PKS dalam posisi KO.

Lalu muncul lah fahri hamzah. Dan semuanya menjadi lebih rame. Satu kutipan paling epic dari Fahri adalah “kalau KPK ingin menyelesaikan kasus ini secara hukum, Kita akan ikuti melalui jalur hukum. Tapi kalau KPK ingin menyelesaikan kasus ini melalui opini public(festivalisasi) kita akan lawan dengan opini “. begitulah kira – kira perkataan fahri. Kenapa kira – kira ? Karena saya tak mencatatnya.

Efek kemunculannya yang paling Jelas terlihat di tayangan ILC yang harusnya jadi pembantaian PKS . Berbalik jadi bumerang untuk KPK. Karena tak satupun ahli dan pakar hukum yang punya kredibilitas mendukung langkah KPK dalam kasus ini. Ujung – ujungnya argumen terbaik yang bisa disampaikan oleh Johan Budi adalah “kita tunggu saja dipengadilan”. Dan itu terus di ulang – ulang seperti orang mabok. Nah lho ! Jurus mabok milik siapa ?

Disitu juga anda bisa lihat gesture kedua orang ini dari awal sampai akhir. Bila fahri selalu terlihat fresh , percaya diri dan keyakinan tinggi. Johan Budi terlihat 5 tahun lebih tua dari umurnya. Tapi saya harus memberikan salut yang setinggi – tingginya pada juru bicara KPK kita ini. Mengapa ? karena beliau sanggup untuk terus duduk disitu sampai akhir acara. Karena saya pikir itu butuh mentalitas yang prima. Kalo saya , mungkin masih dipertengahan acara sudah sakit perut terus minta idzin pulang duluan.

Dan andaipun benar Fahri menggunakan jurus mabok seperti yang di predikatkan media padanya. Saya pikir itu wajar, karena secara posisi dari sudut pandang manapun dia berada di tempat yang tak menguntungkan. Yang bahaya jangan sampai rivalnya juga menggunakan jurus yang sama. Dengan predikat super bodinya, seperti kata Ahmad Yani yang anggota DPR. Mereka sudah di sediakan senjata kimia. Bahkan lebih dari itu saya pikir mereka juga punya pesawat (telepon) siluman, bom nuklir. Kan lucu kalo masih pake jurus mabok juga. Tangkap dulu, bukti dicari kemudian.

Ada satu hal juga yang menurut saya menarik. Orang itu adalah ayu Azhari. Diawal – awal acara dia duduk dimana saya tidak terlalu memperhatikan. Tapi beberapa saat kemudian tiba – tiba dia sudah ada di samping Fahri. Kok bisa ya ? Hanya Ayu yang tahu.

Tapi kalo analisa saya adalah. Kita semua tahu bahwa  Ayu hadir di ILC dalam kondisi tertekan. Karena ke agresifan KPK dalam menggunakan TPPU bisa menjerat dia juga. Karena uang juga mengalir ke dia. Apalagi menurut pakar hokum wanita yang ada disitu bahwa siapapun yang menerima bisa kena. Kehadirannya ke ILC selain klarifikasi adalah mencari perlindungan. Karena apa yang akan dilakukan KPK selanjutnya hanya Tuhan dan KPK sendiri yang tahu. Walaupun setelah acara itu saya yakin KPK tak akan lagi berani menjerat Ayu Azhari.

Kembali ke soal mengapa Ayu tiba – tiba ada disebelahnya Fahri. Saya pikir dalam bahasa lebaynya  itu adalah naluri dasar manusia yang berasal dari alam bawah sadar.  Dalam kondisi tertekan, butuh perlindungan dan galau secara naluri orang akan mendekat kepada orang yang lebih kuat atau lebih benar. Dan Naluri ayu menuntunya ke meja fahri bukan ke meja budi.

Kita tak tahu akhir dari perseteruan ini. Untuk kasus LHI sendiri saya yakin seperti apapun jalan persidangan hasilnya sudah bisa di tebak. LHI pasti di Misbakhun – kan. Untuk pengadilan – pengadilan tingkat awal dia pasti bersalah , dia mungkin bebas di ujung – ujung acara (Kasasi atau PK) . pastinya setelah berakhirnya tahun politik 2014.

Kita lihat saja .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun