Mohon tunggu...
Arsyad
Arsyad Mohon Tunggu... Guru - cerpen

Nama Arsyad Dengan satu istri dan dua orang anak,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan di Kebun Sawit

8 Desember 2019   11:41 Diperbarui: 8 Desember 2019   11:45 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Yakin mau pulang malam ini Pak Ardi? Apakah tidak sebaiknya, anda menginap saja malam ini". Pak Daus coba membujuk ku agar menginap ditempatnya saja malam ini, mengingat hari yang sudah semakin malam, jalan setapak kebun sawit nan sunyi tanpa penerangan membuat Pak Daus terlihat khawatir.

Proses sinkron selesai, tepat pukul 08.45, satu persatu perlengkapan komputer ku simpan kembali ketempat asal, dibantu Pak Daus dengan gerakan tubuh dan tangan nya yang sudah tidak cekatan karena usia"Terima kasih Pak Daus, saya harus pulang malam ini, kasian istri dan anak saya dirumah, pasti mereka menunggu saya"aku menolak secara halus ajakan Pak Daus untuk menginap ditempatnya.

"Baiklah kalau begitu, Pak Ardi hati-hati dijalan, sampai bertemu kembali besok" Pak Daus mengantarku kedepan sekolah, tepat dijalan setapak tanah merah kebun sawit, jalan yang beberapa bulan ini aku lewati setiap hari, jalan yang teduh rimbun dan sejuk saat siang hari, angker, sunyi dan gelap tanpa penerangan ketika malam hari, ini adalah kali pertama aku pulang kerumah saat malam hari, ada rasa takut, seram dan bergidik perasaan, tapi tekatku sudah bulat, aku harus pulang malam ini, aku mau istirahat dan tidur dirumah malam ini.

Motor matic jadulku perlahan melaju meninggalkan bangunan sekolah dan Pak Daus yang sedikit demi sedikit tidak terlihat lagi di spion motor menghilang akibat ditelan gelap, melewati jalan setapak kebun sawit penuh debu dan kerikil, gelap, hanya cahaya lampu penerangan dari motor yang mulai meredup karena batreinya lama tidak dicharge.

Beberapa saat perasaan ku menerawang jauh, mengingat lagi kejadian yang ku anggap menyeramkan waktu disekolah tadi, serta jalan sunyi yang hampir separo jalan kulalui tidak ada satu pun orang yang lewat berpapasan dengan ku.

"Sial, untung tidak tertabrak" seekor kucing hutan tiba-tiba berlari melintas menyebrang jalan, membuyarkan lamunan diatas sepeda motor, sesaat aku berhenti ditengah perkebunan sawit nan sunyi dan gelap, hanya suara jangkrik malam yang terdengar jelas menggantikan suara mesin motorku.

"tolong, tolong saya, saya mau pulang" Samar kudengar suara perempuan memelas sedih meminta tolong dari balik salah satu pohon sawit tidak jauh dari jalan gelap setapak tempat motorku berhenti,bulu dibelakang leher ku terasa berdiri, perasaan takut mulai menghantuiku, terbayang lagi pocong merah beberapa waktu yang lalu, tapi rasa kemanusiaan ku berkata lain. Jangan-jangan suara itu berasal dari orang yang tersesat dan perlu bantuan, jangan-jangan dia adalah karyawan sawit yang perlu tumpangan pulang.

Ku keluarkan HP dari dalam kantong jaket sebelah kanan, coba kunyalakan fitur senter untuk penerangan, perlahan aku berjalan mendekati sumber suara dibalik pohon sawit sambil senter HP sesekali kuarahkan kesekitar, suara yang tidak terdengar lagi, tiba-tiba sunyi, aku terus berjalan mendekati pohon sawit dimana suara tadi berasal.

"astaga, sosok mengerikan apa ini?" bukan main terkejutnya aku, terlihat jelas dengan penerangan senter HP, di balik pohon sawit asal sumber suara, duduk bersandar pada pohon sawit sesosok perempuan kurus kering, muka pucat pasi, rambut panjang kusut dan pakaian dekil penuh tanah merah dan kotoran, tatapan tajam kearahku, dengan kakikurusnya terlihat mencoba berdiri dan dengan tangan nya berusaha memegangku.

Tanpa fikir panjang, aku yang terkejut setengah mati, langsung berlari menjauhi sosok perempuan itu, berlari secepat mungkin ketempataku memarkir motor dijalan setapak kebun sawit,masih dapat kudengar sayup suara perempuan pucat pasi memanggil meminta tolong.

Setibanya dirumah, tanpa basa-basi, aku langsung masuk kamar, merebahkan badan diranjang menutup seluruh tubuh menggunakan selimut tanpa menghiraukan istri ku yang mengikuti dari belakang, nampak kebingungan, masih segar diingatan sosok menyeramkan dibalik pohon sawit. "Ada apa pa? Kenapa pulangnya larut malam?" istriku duduk diranjang tepat disebelah kiri, mencari tahu dengan tenang apa yang telah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun