Menemukan Allah bukan berarti keinginan manusia sepenuhnya padam. Sebaliknya, ia justru berubah kualitasnya. Desire yang semula duniawi berubah menjadi kerinduan ilahi (syauq ilallah), sebagaimana para pecinta Tuhan dalam tasawuf merasakan kelezatan dalam beribadah dan menangis dalam doa. Mereka bukan lagi mencari kepuasan instan, melainkan kerelaan untuk mencintai meskipun tak selalu mendapat balasan langsung.
Allah SWT. berfirman:
"Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit." (QS. Thaha: 124)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ketika desire diarahkan ke selain Allah, maka hasilnya adalah kesempitan jiwa. Namun, ketika manusia kembali kepada-Nya, bahkan kesederhanaan dunia pun terasa lapang dan membahagiakan.
Dalam Islam, pengejaran hasrat bukanlah kesalahan, tapi proses. Desire adalah alat yang, jika dituntun oleh fitrah dan wahyu, akan membawa manusia kepada Tuhan. Manusia diciptakan dengan kerinduan bawaan akan Yang Mutlak. Ketika ia salah arah, dunia menjadi sumber derita. Tapi ketika ia sadar bahwa hasratnya hanya bisa dipuaskan oleh Zat yang menciptakannya, maka ia pun pulang, bukan dalam arti kematian, tapi dalam arti spiritualitas yang utuh.
Dengan demikian, pencarian desire adalah perjalanan rohani. Dan di ujung jalan itu, manusia tak menemukan dunia, tetapi menemukan Tuhannya. Dan itulah satu-satunya bentuk pemenuhan yang sejati.
Referensi:
Jacques Lacan "crits: A Selection". Translated by Alan Sheridan.
Jacques Lacan "The Four Fundamental Concepts of Psychoanalysis". Edited by Jacques-Alain Miller, translated by Alan Sheridan.
Jacques Lacan "Seminar XX: Encore". Translated by Bruce Fink.
Imam Al-Ghazali "Ihya Ulumuddin".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI