Gerakan Progresif Belum Menemui Titik Temunya
Dalam frekuensi sejarah kita tidak pernah kekurangan cerita tentang keberanian. Tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1998, selalu ada generasi yang melampui kekuatan dan ketakutan zamannya. Mereka bukan tanpa cela, mereka bukan tanpa musuh, begitu juga dengan kita kaum muda.
Tentu zaman berubah, tantangan gerakan progresif hari ini tidak lagi seperti di masa revolusi. Otoritarianisme hari ini lebih lihai, tidak menindas secara kasar, tapi melumpuhkan lewat kooptasi, pencitraan, dan disinformasi. Media sosial menjadi pedang bermata dua, mudah menjangkau massa, tapi juga membuat semua hal cepat tenggelam dari segala gelombang perhatian.
Apa yang dibutuhkan hari ini bukan hanya soal kemarahan, tapi juga kepastian. Bukan hanya suara lantang, tapi juga ketahanan bergerak dalam diam. Gerakan yang belum menemui titik temunya harus juga di sadari, bahwa musuh hari ini bukan hanya sekedar negara, tetapi juga ketidakmampuan kita untuk saling percaya.
Disadari atau tidak gerakan progresif hari ini seolah kehilangan nyawa. Kita terdidik, kita membaca, kita paham, bangsa kita sedang digerogoti di segala sisi.
Tahukah kita kaum muda, kemana suara-suara perlawanan yang ramai sesaat lalu menghilang?
Kita ini generasi paling sadar, tapi kita juga yang paling bimbang. Kita terlalu takut kalah sampai lupa bagaimana caranya menang. Kita tahu semua ini salah, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.
Kita tahu ada ketidakadilan, tapi kita tahu juga bahwa menyuarakan bisa membuat kita kehilangan pekerjaan, reputasi, bahkan hidup. Maka banyak dari kita memilih diam. Banyak pula yang bergerak dalam senyap tanpa daya dukung dan sebagian lainnya memilih berdamai dengan sistem yang sama-sama kita kutuk.
Titik temu gerakan progresif mungkin belum terlihat hari ini. Mungkin juga ia sedang tumbuh di bawah tanah, di sela-sela kegagalan, di balik kegamangan, di dalam dada orang-orang yang masih percaya bahwa perubahan tidak hanya datang dari lingkaran setan kekuasaan, tapi dari keberanian melawan, berkawan, dan bertahan.
Gerakan progresif hari ini cantik tapi rapuh seperti kumpulan lilin yang menyala sendiri-sendiri yang gagal membakar api sekam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI