Mohon tunggu...
Abel KY
Abel KY Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Media Baru" dan Seluk Beluknya

19 Agustus 2018   22:59 Diperbarui: 19 Agustus 2018   23:13 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media sebagai jembatan informasi antar masyarakat telah lama ada dan hadir dengan berbagai wujud, seperti koran, majalah, radio, hingga televisi. Hingga sekarangpun, media-media tersebut masih digemari dan diandalkan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman beserta teknologinya, pola konsumsi masyarakatpun mau tidak mau juga ikut berkembang, termasuk dengan pola konsumsi informasi mereka. Cara mereka menggunakan dan mengolah informasipun mengalami perubahan, yang kemudian mengerucutkan istilah baru, yaitu "New Media" atau Media Baru (Lister, Dovey, Giddings, dan Kelly, 2009).

Media Baru hadir sebagai sebuah pola penginformasian baru yang terjadi di dalam rantai informasi antar masyarakat. Menurut Lister (2009), salah satu perubahan yang paling nampak terdapat pada peran kosumen media. Bila di media lama, konsumen media hanya bisa memperoleh dan mendapatkan informasi, dengan kemungkinan kecil untuk memberikan sebuah feedback. 

Akan tetapi, pola tersebut telah berubah. Konsumen media baru tidak hanya mengonsumsi, mereka juga memproduksi informasi untuk disebarkan melalui media. Dari segi medianya sendiri juga mengalami perubahan, dari TV tabung dan radio yang berubah menjadi TV/radio portabel, koran atau majalah yang awalnya hitam putih kini bisa menjadi penuh warna, atau yang paling maju adalah penggabungan ketiga media tersebut ke dalam bentuk smartphone dengan bantuan internet. 

Adanya media baru juga membawa berbagai pengalaman baru baik produsen maupun konsumen media. Pengalaman tersebutlah yang kemudian juga menjadi pembeda antara media lama dengan media baru, seperti (Lister, 2009):

  1. Pengalaman tekstual baru : Munculnya berbagai tipe dan fitur baru yang merangsang kesenangan pengguna (games komputer, fitur AR di koran, internet radio)
  2. Cara baru menampilkan dunia : Bertambahnya cara bermedia, juga menambahkan sudut perspektif menampilkan dan melihat dunia.
  3. Relasi baru antara pengguna dan teknologi media : Berubahnya pola penerimaan dan pengolahaan citra yang ada di dalam media.
  4. Pengekspresian baru diri manusia : Memungkinkan pengguna media untuk semakin mengeksplorasi dan mengekspresikan yang ia alami.
  5. Pengidentifikasian antara fisik manusia "nyata" dengan "maya" : Sensasi untuk semakin membedakan jati diri pengguna media ketika berinteraksi secara nyata dengan berinteraksi menggunakan media baru.
  6. Pola organisasi dan industri baru : Seperti layaknya teknologi, adanya media baru menjadi sarana bagi organisasi atau indsutri untuk mengembangkan sayap mereka.

Pengalaman-pengalaman baru tersebut tentunya masih sedikit dari berbagai pengalaman baru yang diberikan oleh media baru. Bila dicermati lebih dalam, mungkin akan muncul pertanyaan baru: Apa yang menyebabkan media baru bisa hadir dengan berbagai pengalaman baru tersebut? Mungkin jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dilihat dari karakteristik media baru yang dirumsukan oleh Lister:

  1. Digital : Informasi diolah dan diproses secara numerik sebelum ditampilkan. Berbeda dengan analog yang masih menggunakan proses fisik, proses digital memungkinkan informasi untuk berpindah secara cepat dan dapat menampung ukuran informasi sebesar mungkin hanya dengan data berukuran kecil. Pengolahan yang cepat dan efisien itulah yang kemudian membuat media baru mampu menampilkan berbagai informasi secara cepat dan beragam.
  2. Interaktif (Interactive): Jika pola komunikasi yang terjadi di media lama masih bersifat searah, yaitu informasi bergerak dari produsen menuju konsumen, maka di media baru, konsumen juga dapat memberikan dan memproduksi informasi untuk disajikan kepada produsen ataupun sesama konsumen. Informasi bergerak dua arah, membuat konsumen media baru juga ikut aktif dalam proses pertukaran informasi.
  3. Hipertekstual (Hypertextual): Informasi yang tersedia di media baru dapat diakses secara mudah dan di mana saja oleh penggunanya. Sekalipun terdapat banyak informasi yang ada di dalam media baru, pengguna akan tetap dapat mengarahkan dirinya untuk menemukan informasi yang hendak ia butuhkan melalui fitur yang ada di media baru.
  4. Terjaring (Networked) : Baik informasi maupun media baru itu sendiri, telah terkoneksi satu sama lain. Maksudnya, informasi yang ada di dalam sebuah perangkat media milik seorang pengguna juga dapat dicari dan diketahui pula oleh pengguna lain. Hal ini memungkinan untuk informasi yang ditukarkan semakin beragam, namun juga rawan akan adanya upaya pencurian informasi.
  5. Virtual : Segala informasi yang ada ditampilkan dan dihadirkan kepada penggunanya secara virtual. Pengembangan lain seperti 3D maupun Augmented Reality akan mempermudah pengguna untuk memahami informasi dengan "melihat" secara tidak langsung tentang kondisi fisik suatu informasi yang kemungkinan sulit untuk dinikmati secara langsung di dunia nyata.
  6. Simulasi (Simulation) : Media baru dapat menghadirkan sensasi bagi penggunanya untuk merasakan langsung apa yang sebenarnya terjadi pada sebuah peristiwa atau informasi. Penggabungan antara audio, visual, dan rangsangan indera lain seperti halnya Virtual Reality akan merekayasa tubuh dan pikiran penggunanya untuk dapat mencapai titik pemahaman informasi yang lebih maksimal dengan seolah-olah menempatkan penggunannya sebagai salah satu pelaku di dalam sebuah peristiwa. 

Keenam karakteristik tersebutlah yang kemudian membuat media baru tampil sebagai sebuah media yang "membaharui" berbagai proses interaksi yang terjadi di dalam media masyarakat. Ditambah lagi dengan berbagai pengalaman di atas, media baru memberikan warna sekaligus meningkatkan keaktifan masyarakat dalam memproduksi dan menikmati informasi. 

Tengoklah VR sebagai salah satu media baru yang saat ini terus dikembangkan untuk memudahkan manusia untuk menikmati informasi. Dari yang awalnya hanya bisa digunakan untuk melihat gambar secara bebas, kini VR terus dikembangkan untuk dapat melibatkan anggota indera tubuh yang lain. 

Dari contoh pengembangan teknologi VR  tersebut, dapat dilihat bahwa manusia terus berupaya untuk mengembangkan media dan teknologi untuk semakin mempermudah pertukaran dan pengalaman berinformasi. Mulai dari koran cetak pertama, televisi berwarna, internet, hingga teknologi Ai, media terus menerus berkembang. Mungkin bila saat ini media baru seperti internet lah yang paling unggul, akan tiba masa di mana manusia berhasil mengembangkan sebuah media yang lebih baru dan mengungguli media saat ini ada. Namun satu yang pasti, media akan selalu ada dan dibutuhkan manusia untuk memahami dunia.

Referensi

Lister, M., Dovey, J., Giddings, S., Grant, I., dan Kelly, K. (2009). New Media : A Critical Introduction. New York, Amerika Serikat : Routledge. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun