Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebaran Kupat

5 September 2010   18:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_250539" align="alignleft" width="150" caption="http://arshadahmad.wordpress.com/category/happening/"][/caption]

Hari raya idul fitri, sering kali disebut dengan (setidaknya di tempatku) hari raya kupat. Tradisi berbagi makanan yang dibungkus dengan janur (daum muda kelapa), yang disebut dengan kupat, mungkin menjadi salah satu alasan kenapa hari raya idul fitri disebut juga dengan lebaran kupat. Tradisi berbagi kupat, sama halnya dengan tradisi mudik, barangkali. Namun, lebih dari itu semua, ada makna lain yang lebih dari sekedar tradisi yang mulia, yakni berbagi dengan sesama, berbagi kupat.

Kupat, bisa juga diartikan dengan empat prilaku. Empat prilaku ini juga berkorelasi dengan kenapa hari raya disebut dengan lebaran. Kupat, empat prilaku itu, masing-masing yakni leber, labur, lebur dan lebar atau ngaku salah.

Maksud leber dari empat prilaku yakni, banyaknya moment-moment selama bulan puasa yang sarat dengan kegiatan beribadah. Betul memang, di luar bulan puasa pun, sangat terbuka lebar peluang untuk ibadah. Tapi, berlipat gandanya pahala, seperti yang disebutkan dalam beberapa qoul, menjadikan bulan puasa, bisa dikatakan masa berpanen untuk beribadah. Saking banyaknya peluang untuk ibadah dalam bulan puasa, hingga sampai leber, atau tumpah.

Kedua, labur. Seiring dengan leber (penuhnya) peluang untuk beribadah dalam bulan puasa, secara tidak lagsung, telah melakukan sebuah prilaku yang mengarah kepada kebaikan. Ketika di bulan sebeum puasa sangat banyak alasan untuk bebuat hal-hal yang dilarang, maka pada bulan puasa ini, saatnya menutupi hal-hal yang kurang terpuji dengan hal-hal yang lebih terpuji, me labur (menghias). Seperti halnya tertera bahwa “dan ikutilah perbuatan yang jelek dengan perbuatan yang baik.” Dan itu merupakan salah satu (sebagaimana qoul yang popular) indikasi dari taubatan nasuha.

Dengan diiringinya (me labur) perbuatan salah dengan perbuatan yang baik, maka diharapkan dosa-dosa tersebut dapat lebar, hilang dari diri kita. Tuhan sendiri memastikan bahwa, akan mengampuni dosa-dosa bagi yang melakukan taubatan nasuha dari hamba-Nya. Salah satu dari ciri taubatan nasuha, diantaranya mengganti perbuatan-perbuatan yang kurang terpuji, dengan perbuatan yang terpui.

Jiwa seseorang yang suci, senantiasa merasa diri berlumur dengan dosa. Meksipun pengabidan diri kepada aturan-aturan Tuhan telah dikerjakan dengan penuh kecintaan, namun kesucian hati yang dimiliki tidak menyebabkan untuk bersenang hati. Bahkan semakin merasa berdosa. Pengakuan salah, dari seseorang dalam perjalanannya mencari ridlo Tuhan (mardlatillah), diharapkan bisa me lebar kan dosa-dosa yang telah diperbuat.

Kupat, seperti yang disinggung di atas, adalah sebuah makanan dengan menggunkan daun kelapa muda sebagai alat untuk membungkus. Hanya daun muda saja lah yang bisa digunakan untuk membuwat kupat, selain itu sulit untuk bisa menjadikan kupat yang indah nan elok. Memang ada makanan yang mirip-mirip dengan kupat dan tidak dibungkus dengan daun kelapa muda, melainkan dengan daun pisang. Tapi kemudian, tidak disebut dengan kupat, melainkan (kalau di tempat ku), lontong. Kwalitas daun kelapa muda untuk membuwat kupat tidak jauh berbeda dengan daun kelapa muda yang dibuwat untuk hiasan dalam upacara mantenan, misalnya.

Untuk menyebut ‘daun kelapa muda,' lidah kita sangat malas, terlalu berbelit-belit, barangkali alasannya, boros waktu. Untuk mengefesiensikan waktu, kita sering menyebutnya dengan Janur.

Janur, kaitannya dengan hari raya idul fitri dengan tradisi berbagi kupat dengan sesama, bisa diartikan sebuah kependekan dari salah satu kalimat dalam bahasa arab. Janur adalah “Jaa a al-Nur,” yang bisa diartikan dengan “Datangnya cahaya.”

Setelah proses leber, labur, lebur dan lebar ditempuh, maka bagi mereka hanya pantas mendapatkan Cahaya. Cahaya telah mendatangi mereka, yang telah melakukan ibadah di bulan yang panen ibadah (leber), menghiasi diri dengan perbuatan yang mulia (labur), yang dapat menghilangkan dosa-dosa yang telah diperbuat (lebur), namun kemudian, saking sucinya hati, maka senantiasa merasa telah melakukan ke dzoliman terhadap diri sendiri (lebar).

Maka, pantas lah, mereka mendapatkan hari raya idul fitri, kembali kepada kesucian, lebaran kupat.

Wallau ‘alam

(Note: hasil obrolan dengan beberapa temen-teman. Sekiranya ada devinisi yang kurang sesuai, dengan penuh kerendahan, sudi memberikan devinisi yang sesuai. Kupat=ketupat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun