Mohon tunggu...
Abel Danny P
Abel Danny P Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

olah raga dan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memperkuat Toleransi Antar Umat Beragama

3 Mei 2024   14:11 Diperbarui: 3 Mei 2024   14:14 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Dalam konteks kemunduran kesalehan sosial di Indonesia, penting untuk memberi perhatian pada masalah toleransi antara umat beragama, terutama Islam dan Kristen di wilayah perkotaan. Meskipun Indonesia dipandang sebagai negara yang kaya akan sumber daya, banyak warga yang masih mengalami kekurangan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Untuk memulihkan kesalehan sosial, langkah awal yang penting adalah melakukan reorientasi sosial. Ini mencakup dialog yang menekankan pentingnya toleransi dan kerjasama antar umat beragama.

Di kota-kota, di mana keragaman agama seringkali mencolok, memperkuat toleransi antar umat beragama menjadi kunci untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Proses reorientasi ini harus didukung oleh kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai agama yang ada di Indonesia. Baik Islam maupun Kristen, sebagai agama mayoritas, memiliki prinsip-prinsip toleransi, kasih sayang, dan keadilan sosial yang bisa menjadi dasar untuk membangun hubungan harmonis antar umat beragama. Melalui dialog terbuka dan konstruktif, kita dapat meningkatkan pemahaman tentang perbedaan dan kesamaan di antara kita. Dengan demikian, mereka yang lemah dan terpinggirkan dapat merasakan manfaat dari kesalehan sosial yang diwujudkan melalui kerjasama antar agama. Kesalehan sosial yang inklusif dan kuat akan menjadi dasar yang solid bagi kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, penting bagi kita untuk mengutamakan nilai-nilai toleransi, saling pengertian, dan kerjasama antar umat beragama dalam semua aspek kehidupan kita (Karman 2010, 103-109).
            Sejak zaman dahulu, manusia selalu dihantui oleh rasa takut yang kuat terhadap kebesaran Tuhan mereka. Di antara berbagai ajaran agama yang mengajarkan nilai-nilai penghargaan terhadap pencipta mereka, ada benang merah yang mengikat mereka: kekhawatiran akan keagungan Tuhan yang kekal. Tidak seperti ketakwaan yang sejati, kekhawatiran manusia saat ini lebih sering terfokus pada hal-hal duniawi yang sementara. Kata "ketakutan" menjadi teman setia mereka, mengikuti setiap langkah kehidupan mereka, bahkan sebelum dosa datang menghampiri (Karman 2010, 8-11).
            Kisah tentang manusia yang kembali kepada belas kasihan Tuhan, merayakan kehidupan dengan penuh kasih dan anugerah. Kini, ketakutan akan Tuhan tidak lagi menjadi belenggu, tetapi menjadi kunci untuk membuka pintu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Di balik cerita tentang takut dan penghormatan kepada Tuhan, terselip juga pesan tentang toleransi. Meskipun tidak secara langsung dinyatakan, namun pemahaman bahwa setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menghargai Tuhan dapat menjadi landasan untuk membangun sikap saling menghargai dan menerima perbedaan di antara umat beragama. Sebab, dalam rasa takut dan penghormatan, terdapat ruang untuk menghargai keberagaman keyakinan agama. Dengan menghormati berbagai jalan spiritual yang berbeda, manusia dapat membangun jembatan keselarasan, meskipun di tengah lautan perbedaan yang luas. Itulah benih-benih toleransi, yang tumbuh subur dari ketakutan dan penghormatan akan Tuhan yang berbeda-beda, memberi warna pada keberagaman yang kaya di Indonesia (Karman 2010, 54-59).
            Kurangnya toleransi dan penghormatan antar umat beragama, terutama antara umat Kristen dan Islam di daerah perkotaan, menjadi perhatian serius dalam masyarakat. Meskipun Indonesia memiliki keberagaman agama yang kaya, tetapi masih terjadi ketegangan dan konflik antaragama, terutama di lingkungan perkotaan yang merupakan pusat keragaman agama. Kurangnya pemahaman dan penghargaan terhadap keyakinan dan praktik keagamaan yang berbeda sering menjadi penyebab utama konflik. Oleh karena itu, perlu ada upaya dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan pemimpin agama, untuk membangun dialog yang konstruktif dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta penghormatan antaragama. Dengan memperdalam pemahaman dan saling menghormati di antara umat beragama, kita dapat menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis di tengah keberagaman Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun