Mohon tunggu...
Abel Pramudya
Abel Pramudya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

Travelling, photography, bus enthusiast @abelpram

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Suaka atau Neraka?

18 November 2019   08:04 Diperbarui: 18 November 2019   12:16 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah-sampah yang terbawa arus Kali Angke dan tertahan di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara. Foto: Wiliam Reynold

Sementara itu, jenis reptil yang hidup di sini antara lain, ular sanca kembang (Python reticulatus), ular sendok Jawa (Naja sputatrix), ular pucuk (Ahaetula prasina), dan ular bakau (Cerberus rhynchops).

Ada pula buaya muara (Crocodylus porosus) dan yang paling sering ditemui, biawak (Varanus salvator) yang masih satu keluarga dengan komodo. Di sini juga banyak tinggal monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Jadi, prahara SMMA sebatas tanaman pengganggu yang menggoyahkan keseimbangan ekosistem di sana? Tidak sesederhana itu, Ferguso!

Di sisi timur pos jaga, mengalir Kali Angke yang berbatasan langsung dengan Kampung Nelayan Muara Angke. Ada pula kelompok jelajah yang menyusuri Kali Angke dengan perahu hingga sekitar 500m. Airnya kehitaman dan dihiasi sampah-sampah yang hanyut mengikuti arus kali. Sandal, kantong plastik, botol shampo, styrofoam, dan botol plastik jadi beberapa 'koleksi' yang paling banyak ditemukan.

Sampah tersebut tidak hanya yang tampak di permukaan, tapi juga di dalam air, dan mengendap di dasar. Tak jarang, sampah-sampah ini tersangkut di baling-baling mesin kapal.

Selain di aliran sungai, sampah-sampah juga tersangkut di antara pepohonan di tepi sungai, bahkan juga masuk sampai ke dalam kawasan, tertahan dan tak bisa keluar kembali ke sungai. 

Sampah yang tersangkut akar dan ranting pepohonan di tepi Kali Angke, di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Foto: Wiliam Reynold
Sampah yang tersangkut akar dan ranting pepohonan di tepi Kali Angke, di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Foto: Wiliam Reynold

Air hitam Kali Angke jadi pertanda kontaminasi. Kali Angke memang sudah tercemar logam berat dan bahan kimia lainnya. Padahal, Kali Angke yang sebagian aliran airnya masuk ke kawasan SMMA ini menjadi sumber air juga habitat satwa-satwa yang tinggal di sana.

Bahkan, Nani bercerita, penelitian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan monyet ekor panjang yang merupakan 'penduduk asli SMMA' organ dalam tubuhnya mengandung logam berat. 

Usai menjelajah, semua kelompok kembali ngeriung di pos jaga. Riski, salah satu penjaga SMMA membuka diskusi dan tanya jawab. Salah satu pertanyaan yang terlempar adalah, mengapa harus menjaga kawasan mangrove Muara Angke? Apa pentingnya? 

Selain menahan abrasi, hutan mangrove juga dapat menyerap racun dan menyerap karbon yang kemampuannya 5 kali lebih tinggi dari pohon-pohon lain. Satwa di sini juga penting dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun