Mohon tunggu...
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia dan mendukung Indonesia bersama Abdurrofi menjadikan indonesia negara superior di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Merah Cermin Nasionalisme di Indonesia

27 Agustus 2020   21:09 Diperbarui: 27 Agustus 2020   21:38 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto profil edisi agustus (dokumen pribadi)

Partai merah sebagai cermin nasionalisme, atau semangat kebangsaan  diperjuangkan politisi. Dengan akar pemikiran adalah PNI adalah partai politik tertua dibuat oleh Soekarno di Indonesia. Generasi muda yang sudah menghayati simbol-simbol kebangsaan membangun disintegrasi bangsa karena arogansi kekuasaan dan luka ketidakadilan sang politisi membuat Indonesia mengalami disintegrasi seperti pemisahan timor-timor pasca jatuh orde baru.

Eksploitasi masyarakat timor leste untuk kepentingan nasional sebagaimana Indonesia dan Amerika menjajah rakyat papua dengan eksploitasi sumber tambangnya. Disini kita mempelajari bahwa nasionalisme saja kurang, kita harus memanusiakan manusia dan memberikan masyarakat kepada akses sumber daya alamnya.

Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan berjuang melawan penindasan. Namun kini nasionalisme  perjuangan untuk menindas atas dasar kepentingan nasional pasca-kemerdekaan.

Ketidakadilan atau kezaliman dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan perlawanan kepada penguasa.  Penjajahan dilakukan kaum kolonialis selama beratus-ratus tahun lamanya ditiru penyelenggara Indonesia.

Perasaan senasib dan sepenanggungan yang dialami masyarakat Timor leste yang tidak mampu menerima ketidakadilan. Bukti dari kematian berbangsa di Indonesia adalah eksploitasi alam untuk kepentingan negara yang tidak memikirkan homogenitas yang terjadi di tingkat lokal. "Hidup atau mati" atau "right or wrong is my country" tapi ketika negara buas maka terjadi perlawanan dari bawah.

Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan Presiden B. J. Habibie sebagai bentuk regionalisme yang diintimidasi atas nama nasionalisme. Setelah pengunduran diri Presiden Soeharto, kesepakatan yang disponsori PBB antara Indonesia dan Portugal diijinkan untuk sebuah referendum dalam pengawasan PBB pada bulan Agustus 1999. 

Dengan demikian, Tidak ada persatuan dan nasionalisme di masyarakat diatas ketidakadilan dan arogansi kekuasaan. Perbedaan tidak membuat kita berpisah tapi perlakuan berbeda itulah yang membuat kita berpisah. (*)

___________

Rekomendasi:

Baca berita unik, "Alasan Partai Politik Indonesia Ada Unsur Warna Kuning" dengan klik disini 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun