Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penyebab Ancaman Banjir Kalimantan dan Kembalikan Ekosistem Seimbang

18 Januari 2021   05:00 Diperbarui: 18 Januari 2021   12:07 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deforesti Ancaman Banjir Bagi Kalimantan Berkelanjutan. Sumber foto : dreamstime

Perlu diketahui bahwa ketersediaan dan stabilitas harga pangan menjadi perhatian serius dalam menghadapi perkembangan ketersediaan dan harga pangan saat ini di Indonesia namun kondisi melihat tanah aluvial adalah jenis yang mudah ditemukan di hampir semua wilayah Indonesia.

Praktisnya, hasil deforestasi membuat  hasil erosi dari tanah di kawasan tinggi yang terbawa oleh aliran air sungai karena sifatnya yang mudah menyerap air disebut tanah aluvial sehingga banyak mineral yang masuk dan bisa menjadi cadangan untuk tanaman di atasnya cocok untuk pertanian padi.

Nah, Perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula hutan menjadi fungsi pertanian  menjadi kebutuhan pangan terhadap lingkungan dan potensi bencana itu sendiri sudah dibuktikan oleh erosi pertanahan dari wilayah tinggi ke wilayah rendah. 

Disisi lain, karena kebutuhan pangan juga meningkat, sebagai salah satu contoh adalah peningkatan kebutuhan beras. Belum lagi terdapat sebuah  "Ancaman Krisis Pangan Global" beberapa tahun ke depan.

Ilustrasi kelaparan. Sumber foto : freepik.com
Ilustrasi kelaparan. Sumber foto : freepik.com

Pembangunan lumbung pangan ini menjadi penting karena jaringan global melawan krisis pangan berupaya untuk menghubungkan, mengintegrasikan, dan memandu inisiatif, kemitraan, program, dan proses kebijakan yang ada untuk mengatasi akar penyebab krisis pangan.

Menurut penulis krisis pangan menjadi urgensi deforestasi lahan untuk mencegah krisis pangan. Yang penting, pada setiap terjadi bencana, jangan lupa tetap memasang alat deteksi dini bencana untuk evakuasi masyarakat. 

"Sebuah dilema antara perubahan iklim dan krisis ancaman pangan global sehingga makanan sebagai kebutuhan fundamental diperioritaskan kemudian berpikir sama-sama atasi perubahan iklim di Indonesia, Insya Allah ada jalan.." Ucap Abdurrofi Abdullah Azzam

Berdasarkan Food and Agriculture Organization, Country Programming Framework (CPF) menyatukan praktik terbaik internasional yang inovatif dan standar global dengan keahlian nasional dan regional selama lima tahun. 

Persiapan  Country Programming Framework (CPF) dipimpin oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melalui konsultasi dan kesepakatan yang erat dengan Kementerian Pertanian dan lembaga nasional lainnya. 

  • 11 - 15 Jan 2021. FGD dan Wawancara Studi Gender
  • 13 Jan 2021. Transformasi Sistem Pangan untuk Pola Makan Sehat yang Terjangkau: Strategi Global dan Nasional
  • 13 - 15 Jan 2021. Lokakarya evaluasi dan perencanaan Rencana Peningkatan Kesehatan Unggas (PHIP) untuk tahun 2021
  • 18 - 20 Jan 2021. Dukung Pelatihan Bioinformatika untuk ASEAN
  • 18 - 29 Jan 2021. Pelatihan Pemetaan Risiko
  • 19 Jan 2021. Peluang pengelolaan lahan gambut dan mata pencaharian basah di Indonesia
  • 20 Jan 2021. Workshop Pengembangan Antimicrobial Stewardship Program di bidang kesehatan hewan

Ancaman banjir juga berkelanjutan disebabkan penutupan lahan hutan menjadi non hutan untuk lahan pertanian sudah pasti sehingga anggara efek bencana harus dimasukan dalam pembelanjaan daerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun