Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nangking Massacre, Pelecehan Jepang terhadap Penduduk Cina

27 Oktober 2015   07:49 Diperbarui: 27 Oktober 2015   08:17 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Agustus 1937, Tentara Jepang menyerang Shanghai dimana mereka bertempur melawan kekuatan militan Cina dan mengalami banyak korban jiwa. Pertempuran di Shanghai berdarah-darah. Di Shanghai Jepang lebih memakai pertarungan tangan jarak dekat dimana mereka membantai dan membunuh warga sipil Shanghai yang ditemui. Pada pertengahan November 1937, Shanghai pun berhasil diambil alih Jepang dengan bantuan serangan bom Kapal Perang mereka. Walapun seorang Jenderal senior Jepang di Tokyo sesumbar tidak ingin berniat menyerang lebih jauh lagi lantaran tentara Jepang mengalami banyak korban jiwa dan mengalami penurunan moral akibat pertempuran yang sengit dan tak terduga di Shanghai, tapi itu tidak lantas mengurungkan niat Jepang untuk menguasai kota-kota lain di Cina. 
Setelah Jepang berhasil menguasai Shanghai pada November, 50.000 tentara Jepang lalu long-march ke arah Nanking. Tidak seperti perlawanan di Shanghai, di Nangking, tentara Cina kurang terkoordinasi dan kurang disiplin. Walaupun jumlah tentara Cina di Nangking melampaui jumlah tentara Jepang, serta tentara Cina memiliki kelebihan amunisi, itu tidak lantas membuat Jepang terkalahkan. Pertarungan di Nanking memaksa tentara Cina mundur perlahan. Setelah empat hari pertempuran, tentara jepang merangsek masuk ke kota Nangking pada 13 Desember 1937, dengan misi utama yakni "membunuh semua (warga cina) yang tertangkap". Saat itulah terjadi kebrutalan serta kebiadaban yang pernah dilakukan Jepang terhadap Cina dimana insiden itu disebut dengan "Nangking Massacre atau The Rape of Nangking".

Sebelum masuk ke pembantaian Nangking, Jepang sebelumnya sesumbar bahwa mereka akan menguasai daratan Cina hanya dalam waktu tiga bulan. Ambisi Jepang untuk menjajah Cina dan melebarkan Kekaisaran jepang dimulai di Shanghai dimana pertempuran terjadi di awal musim panas tahun 1937. Secara mengejutkan, tentara Cina di Shanghai memiliki pertahanan kuat dan mampu mengimbangi pertempuran, Jepang akhirnya berhasil mengalahkan perlawanan di Shanghai dimana nantinya Jepang menduga bahwa mereka akan dengan sangat mudah menginvasi seluruh daratan Cina. Sebenarnya di Shanghai sendiri, Jepang mengalami "shock" karena mendapat perlawanan yang cukup hebat dari Cina. Banyak tentara Jepang sendiri yang tewas. Karena itulah, ketika Jepang bergerak menuju nangking, mereka melampiaskan kekesalan mereka dengan membunuh setiap warga Cina yang ditemui atau tertangkap. Karena Jepang tidak pernah dapat menerima bahwa banyak dari tentara mereka tewas di awal permulaan invasi di Shanghai. 

Pembantaian Nangking sendiri merupakan episode pembunuhan massal Perang Sino-Jepang Kedua (Second Sino-Japanese War) yang dilakukan tentara Jepang terhadap penduduk kota Nanking. Pembantaian itu sendiri terjadi dalam kurun waktu 6 minggu terhitung sejak 13 Desember 1937. Sekitar 40.000 hingga 30.000 penduduk Cina serta pasukan Cina yang sudah dilucuti senjatanya mengalami berbagai kekerasan, pelecehan, pembunuhan, serta wanitanya mengalami pemerkosaan. 
Di Nangking sendiri, yang menjadi fokus utama Jepang adalah bagaimana mengurus sekitar 90.000 tentara Cina yang menyerah dan telah menjadi tawanan perang. Bagi Jepang sendiri, kata "menyerah" adalah bentuk buruk dari sifat pengecut dan Jepang menganggap bahwa tawanan perang Cina adalah orang-orang rendahan yang pengecut. Jepang melihat 90.000 tawanan Cina bukan seperti manusia, melainkan Jepang melihat mereka seperti layaknya binatang yang layak untuk disembeleh.
Pemusnahan puluhan ribu tawanan perang Cina itu dimulai setelah mereka diangkut melalui truk-truk militer ke lokasi-lokasi terpencil di Nanking. Ketika banyak para tawanan dikumpulkan, kebiadaban Jepang dimulai. Para tentara Jepang yang masih muda terpengaruh oleh atasan mereka untuk melakukan kekejaman dan kebiadaban terhadap tawanan perang Cina. Banyak dari tentara Jepang menjadikan penduduk Nanking sebagai alat bermain mereka,  tubuh mereka dijadikan latihan bayonet. Kepala para tawanan itu dipenggal, kepala-kepala yang dipenggal itu dijadikan hiasan. Banyak gambar yang menunjukkan bahwa tentara Jepang dengan bangga berdiri disamping mayat yang telah dimutilasi. Beberapa tawanan perang Cina atau penduduk Nanking juga dijadikan santapan senjata machine-gun, dimana tubuh mereka diberondong peluru dengan tangan diikat dibelakang. Ada juga dari para tawanan yang dibakar dan dikubur hidup-hidup.

Setelah Jepang merasa telah membunuh lebih dari 300.000 penduduk Nanking, mereka melanjutkan kebiadaban mereka terhadap para perempuan Nanking. Entah itu Nenek berusia 70 tahun maupun gadis kecil berusia 8 tahun, semuanya tidak terbebas dari pelecehan seksual. Lebih dari 20.000 wanita diperkosa secara beramai-ramai oleh tentara Jepang. Setelah puas, wanita-wanita yang dilecehkan tersebut lalu dibunuh, ditusuk dengan bayonet atau ditembak mati. Wanita hamil juga tidak terlepas dari pelecehan, bahkan perut mereka "dirobek" paksa dan janin didalam perut dikeluarkan. Terkadang tentara Jepang memasuki suatu rumah dan memaksa seorang bapak memperkosa anaknya sendiri didepan mata tentara Jepang. 
Sejak banyak dari catatan atau dokumen mengenai sejarah kebiadaban Jepang sengaja dimusnahkan oleh Jepang setelah penyerahan jepang di tahun 1945, para sejarawan pun kebingungan untuk memastikan secara pasti jumlah korban pembunuhan massal tersebut. International Military Tribunal for the Far East memperkirakan pada 1948 ada sekitar 200.000 penduduk Cina yang dibunuh. Otoritas Cina sendiri memperkirakan bahwa jepang membunuh lebih dari 300.000 warga sipil berdasarkan dari Evaluasi Kejahatan Perang Nanjing (dibaca Nanking) pada 1947. Jumlah kematian dari pembantaian Nanking ini menjadi perdebatan kalangan pelajar sejak tahun 80an. 

 

Sumber:

http://www.historyplace.com/worldhistory/genocide/nanking.htm

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun