"Saya belajar dari Ambu, bahwa semangat juang tidak boleh padam. Sama seperti batik yang dibuat dengan penuh kesabaran, perjuangan hidup pun membutuhkan ketekunan," ujar Gendhis.
Kegiatan sosial ini sekaligus menunjukkan bahwa finalis Putri Batik Cilik juga diharapkan memiliki empati dan kepedulian, bukan sekadar penampilan di panggung.
Dukungan dari Keluarga, Sekolah, dan Pemerintah
Perjalanan Gendhis tentu tidak ia jalani sendiri. Dukungan penuh datang dari kedua orang tuanya, yang mendampingi dalam setiap persiapan. Para guru di SMP Islam Al Azhar 8 Kota Bekasi juga memberikan semangat dan izin agar Gendhis bisa mengatur waktu antara sekolah dan persiapan kompetisi.
Bahkan, Pemerintah Kota Bekasi menyambut baik langkah Gendhis, karena apa yang ia lakukan adalah bagian dari promosi budaya dan identitas kota. Kehadirannya di panggung nasional diharapkan memberi efek positif bagi UMKM batik lokal, sekaligus kebanggaan masyarakat Bekasi.
Inspirasi untuk Generasi Alpha
Gendhis adalah bagian dari Generasi Alpha, generasi yang lahir di tengah teknologi digital. Generasi yang akrab dengan gadget, media sosial, dan informasi instan. Namun, Gendhis ingin membuktikan bahwa generasi Alpha juga bisa bangga dengan budaya, aktif dalam literasi, dan peduli pada sesama.
"Dunia bukan hanya scroll di gadgetmu. Dunia lebih luas kalau kamu membaca, belajar, dan peduli pada sekitar. Generasi Alpha harus seimbang: melek teknologi, bangga budaya, dan peka sosial," tutur Gendhis.
Pesan ini sederhana, tapi dalam. Anak SMP bisa menjadi teladan bagi teman-temannya: bahwa di era digital, budaya dan kepedulian tetap relevan dan penting.
Batik, Sosial, dan Masa Depan
Kisah Gendhis Zhillan Qamarinna adalah bukti bahwa anak muda bisa menjadi agen perubahan sejak dini. Dari batik, ia belajar sejarah. Dari kegiatan sosial, ia belajar empati. Dari dukungan keluarga dan sekolah, ia belajar arti kebersamaan.