Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Laut Sherly Menyelam, di Senayan Mereka Tenggelam

5 April 2025   15:30 Diperbarui: 6 April 2025   09:48 151103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seolah-olah jadi pemimpin itu cukup dengan membuat orang menangis atau tersentuh di media sosial. Padahal rakyat tak butuh air mata, mereka butuh air bersih. Rakyat tak butuh adegan menyeka peluh, mereka butuh layanan kesehatan yang layak.

Sherly Laos tak perlu menampilkan air mata. Ia tidak perlu marah-marah di depan kamera. Ia turun ke laut, membawa pesan lewat tindakan. Ketika banyak pemimpin hari ini sibuk berakting, Sherly menunjukkan bahwa aksi nyata bisa bicara lebih keras dari jutaan kata.

Menyelam ke dasar laut bukan hal sepele. Dibutuhkan keberanian, kontrol napas, dan keyakinan penuh. Apalagi tanpa alat bantu. Sherly memperlihatkan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang berani masuk ke wilayah gelap dan berisiko, bukan sekadar berjalan di permukaan yang aman.

Andai saja para pejabat di Senayan belajar menyelam seperti Sherly---bukan ke laut, tapi ke dalam hati nurani mereka sendiri---mungkin negeri ini akan jauh lebih jernih. Mereka akan tahu bahwa kekuasaan bukan untuk disombongkan, tapi untuk menyelami penderitaan rakyat, dan membawa mereka naik ke permukaan harapan.

Sherly Laos menyelam, namun ia tak tenggelam. Di Senayan, mereka tidak menyelam, tapi justru tenggelam---dalam euforia, dalam kepura-puraan, dan dalam kepentingan yang tak lagi berpihak pada rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun