Kepemimpinan dan Manajemen Masjid Baiturrahman
Masjid Baiturrahman Kemang Pratama bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat penguatan nilai keumatan di tengah lingkungan yang modern dan eksklusif.Â
Dikelola oleh jajaran pengurus yang terdiri dari Yayasan Masjid, Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), dan berbagai elemen pendukung lainnya, masjid ini berusaha menjadi titik temu bagi umat Islam dalam menjalankan berbagai kegiatan keagamaan dan sosial.
Sebagai entitas yang berada di lingkungan perumahan premium, tantangan utama bagi pengurus adalah bagaimana mempertahankan eksistensi masjid sebagai pusat spiritual, sosial, dan edukatif bagi jamaahnya.Â
DKM sebagai garda terdepan dalam pengelolaan masjid bertanggung jawab untuk memastikan program-program yang dijalankan tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
Salah satu model manajemen masjid yang banyak diperbincangkan adalah Masjid Jogokariyan di Yogyakarta. Masjid ini terkenal dengan manajemennya yang viral, terutama dalam mengelola keuangan secara transparan dan menghadirkan program yang dekat dengan kebutuhan jamaah.
 Salah satu ciri khasnya adalah strategi saldo nol, di mana seluruh donasi yang masuk langsung dialokasikan untuk program-program sosial dan dakwah.
Namun, pendekatan seperti Jogokariyan tidak bisa diadopsi begitu saja oleh semua masjid, termasuk Masjid Baiturrahman. Setiap komunitas memiliki karakteristik dan dinamika yang berbeda.Â
Oleh karena itu, pengurus Masjid Baiturrahman perlu merancang pendekatan yang lebih sesuai dengan profil masyarakat yang mereka layani, yang umumnya berasal dari kalangan menengah ke atas.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat eksistensi masjid dan membangun keumatan, Masjid Baiturrahman memiliki Rumah Dakwah Baiturrahman Kemang Pratama 3.Â
Rumah Dakwah ini diharapkan menjadi pusat kegiatan keislaman yang lebih inklusif, mendukung kajian keagamaan, dan memfasilitasi kegiatan sosial bagi jamaah, disamping Rumah Tahfidz yang telah berdiri sebelumnya.