Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Terkepung Banjir, Terjebak Tanpa Jalan Keluar, Kemang Pratama Seperti Kota Tenggelam

4 Maret 2025   18:29 Diperbarui: 5 Maret 2025   16:57 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantauan Udara Kota Bekasi  (Pusat data BNPB-via Kompas.com).

Kemang Pratama adalah kawasan elit di Bekasi yang menjadi tempat tinggal banyak pejabat tinggi, menteri, mantan menteri, wali kota, serta pejabat TNI dan Polri. 

Selain itu, kawasan ini juga dihuni oleh para pengusaha, artis, dan selebritis yang menjadikan Kemang Pratama sebagai salah satu lingkungan paling prestisius di kota ini.

Hujan Malam Nan Menyejukkan

Malam itu, aku duduk di depan televisi, menunggu acara yang selalu kutunggu setiap minggu---Indonesian Idol. Acara ini ditayangkan secara live pada Senin malam pukul 21.30 WIB. 

Acara pembukaan dimulai dengan menampilkan para finalis Idol, membawakan lagu "Ramadan Tiba", yang mengalun penuh nuansa religius. Kedatangan Opick sebagai bintang tamu semakin membawa suasana Ramadan nan indah, menghadirkan harmoni yang menyentuh hati.

Suasana begitu syahdu. Namun, saat melodi mengalun merdu, hujan mulai turun semakin deras. Aku mulai gelisah. Kilat menyambar tanpa ampun, menggelegar hingga mengguncang kaca jendela rumahku. Angin berdesir kencang, membawa hawa dingin yang merambat hingga ke kulit.

Aku masih mencoba menikmati acara ini. Namun, tepat saat Sabrina Leanor melantunkan bait terakhirnya, suara petir menggelegar begitu keras hingga aliran listrik berkedip sebentar. Aku tak punya pilihan. Aku matikan TV, menatap jendela yang mulai buram tertutup air hujan.

Dan di sanalah awal dari semua bencana ini dimulai.

Air Datang Mengurung, Warga Terjebak Tanpa Jalan Keluar

Pukul 03.30 WIB aku terbangun untuk bersiap makan sahur. Hujan masih mengguyur sejak malam, tetapi jalanan di depan rumah masih kering. Usai sahur, aku menuju masjid untuk menunaikan salat Subuh.

Hingga saat itu, belum ada tanda-tanda air naik. Namun, begitu jarum jam menunjuk pukul 05.00 pagi, semuanya berubah. Air mulai mengalir deras, membanjiri seluruh area Kemang Pratama. Tanggul yang seharusnya menahan luapan sungai tak lagi mampu membendung volume air yang terus bertambah. Aku melangkah ke jendela, lalu terpaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun