Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayo Menjadi Generasi Unggulan

30 Maret 2021   10:34 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:42 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : foto penulis

Sikap buruk itu kita lakukan dengan target supaya anak-anak sekolah pinggiran tidak sampai jadi siswa unggulan, terhambat prestasi belajarnya, atau tidak mempunyai "sahwat" berinovasi, sehingga gagal bersaing dan jadi pemenang saat  digelar perlombaan atau olimpiade.

Ironisnya, terkadang kita pun dibayang-bayangi oleh ketakutan atas kemungkinan keberhasilan anak-anak dari sekolah pinggiran, sehingga kita tergelincir melakukan praktik-praktik pemaksaan atau "eksploitasi" anak sendiri  dengan cara-cara represip, semisal memaksakan anak-anak untuk menghabiskan waktu dalam belajar atau menjadikan waktu idektik dengan mengejar nilai rapot dan Unas, atau menciptakan proses pembelajaran yang rigid, yang membuatnya seperti "robot" yang harus selalu mengikuti segala keinginan kita.

Sikap salah tersebut selayaknya harus direformasi dengan cara; pertama mengubah  sikap kita (masyarakat) terhadap sekolah pinggiran dengan tidak memperlakukannya sebagai "sekolah kelas dua" atau "sekolah darurat", tetapi sebagai institusi pembelajaran yang berkedudukan egaliter atau berkesempatan sama dalam ranah memproduksi anak-anak brilian, militan, atau berprestasi.

Pemerintah seharusnya rajin "turun gunung" dengan memantau, membaca, dan merawat (memanusiakan) proses pembelajaran di sekolah pinggiran. 

Pemanusiaan sekolah pinggiran ini bukan hanya terletak pada panggilan memenuhi kebutuhan siswa miskin, tetapi juga membenahi kondisi gedung yang tidak sedikit "berpenyakitan" atau berpatologi edukasi seperti sudah lama tidak dicat (tampak kumuh dan berlumut), retak bangunannya disana-sini, kamar kecilnya jauh dari representatif, perpustakaannya "miskin" buku pelajaran dan lannya.\

Oleh:  Abdul Wahid
Pengajar Ilmu Hukum Universitas Islam Malang dan penulis buku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun