Mohon tunggu...
Abdul Rouf
Abdul Rouf Mohon Tunggu... Activist • Enterpreneur Social • Teacher • Muhammadiyah Student Assosiaction •

Isu Pendidikan | Agama dan Budi Pekerti | Melek Politik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tuntut Pendidikan Gratis : Pelajar Papua Tolak Makanan Bergizi gratis, betulkah potret Ketimpangan

6 Februari 2025   17:17 Diperbarui: 6 Februari 2025   17:17 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar :((Pexels.com/ilustrasi aksi pelajar Papua))

Di tengah hiruk pikuk masa kerja 100 hari pemerintahan presiden Prabowo Subianto dan kabinet merah putih dalam kerja pembangunan, sebuah ironi mencuat dari ujung timur Indonesia. 

Para pelajar di Papua, alih-alih menyambut gembira program makanan bergizi gratis yang digadang-gadang pemerintah, justru menolaknya mentah-mentah. 

Mereka lebih memilih berjuang menuntut hak mereka atas pendidikan gratis, sebuah potret buram ketidakadilan dan kesenjangan yang masih mengakar di negeri ini.

Penolakan ini bukanlah tanpa alasan. Bagi para pelajar Papua, makanan bergizi gratis bukanlah solusi atas permasalahan mendasar yang mereka hadapi. 

Mereka haus akan pendidikan yang berkualitas, yang selama ini terpinggirkan dan luput dari perhatian. 

Mereka ingin memiliki kesempatan yang sama dengan saudara-saudara mereka di wilayah lain untuk meraih mimpi dan menggapai masa depan yang lebih baik.

Aksi damai yang dilakukan oleh Aliansi Pelajar kabupaten Yahukimo Provinsi Papua Pegunungan yang dilakukan pada hari Senin 3 Februari 2025.

Tuntutan pendidikan gratis bukanlah sekadar keinginan sesaat. Ini adalah jeritan hati dari generasi muda Papua yang merasa terdiskriminasi dan diabaikan. 

Mereka melihat dengan jelas bagaimana akses terhadap pendidikan yang layak masih menjadi barang langka di tanah mereka. 

Mereka menyaksikan sendiri bagaimana banyak anak-anak Papua yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, Fasilitas yang buruk, dan kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun