Ayah, diusia senjamu seharusnya engkau bisa duduk tenang, menikmati hari-hari dengan damai, bercengkerama dengan cucu, tersenyum tanpa beban. Namun hingga kini, engkau masih terus bekerja, memaksakan tubuh yang mulai renta demi sesuap nasi untuk keluarga.
Aku tahu, dalam diammu kau sembunyikan rasa sakit. Kau tak ingin kami khawatir, kau berpura-pura kuat saat tubuhmu sebenarnya menjerit lelah. Dan ketika tubuhmu tak lagi sanggup menahan beban itu, barulah kami sadar... engkau terbaring di rumah sakit. Ayah, hatiku remuk melihatmu terbaring lemah. Air mata ini tak sanggup kutahan, menyesakkan dada, menyadarkan bahwa aku---anakmu---belum juga bisa membahagiakanmu.
Maafkan aku, Ayah. Belum bisa menggantikan peranmu. Mungkin ini teguran dari Allah agar aku lekas sadar, agar aku bisa meneruskan jerih payahmu, agar engkau bisa menikmati masa tua dengan tenang. Bukan lagi berjibaku dengan pekerjaan, tapi menikmati hidup yang telah penuh pengorbanan, dengan cinta, tawa, dan manjamu bersama cucu-cucumu.
Doakan anakmu ini, Ayah, agar mampu menjadi penopangmu, menggantikan lelahmu, dan menjadi sumber bahagiamu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI