Mohon tunggu...
Abdullah Tamrin Rettob
Abdullah Tamrin Rettob Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

You are awesome when you are writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Friendship Sometimes is A Phobia; Benarkah?

18 Maret 2021   01:45 Diperbarui: 18 Maret 2021   01:52 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Abdullah Tamrin Rettob

Kehidupan ibarat sebuah kapal tua yang berlayar dengan arah yang jelas, pasti dan paten. Setiap gemercik angin dan hempasan gelombang disimilarkan dengan seluk-beluk dan siklus kehidupan yang kita lalui. 

Salah satu dari sekian juta hal-hal baru yang kita temui dalam lentera kehidupan adalah pertemanan, hal ini mengajarkan kita tentang bagaimana membangun sebuah konsep hubungan yang tidak didasari ikatan batin, tapi kita menganggapnya sebagai sebuah ikatan yang kita lebeli dengan nama sendiri "no life without friendship", mungkin akan terdengar agak langkah jika ada rotasi kehidupan seseorang yang tak dipenuhi dengan pertemanan meski hanya satu atau dua orang. 

Kehidupan terkesan begitu berwarna ketika diisi dengan cerita-cerita yang berakar dari sebuah pertemanan, tapi sayang terkadang warnanya justru menjadi kusam bak air bening ditaburi garam, sebab sekuat dan setangguh apapun kita, kenyataan yang disugukkan kehidupan perihal pertemanan adalah menghadapi karakter dan pembawaan orang yang berbeda-beda, sehingga disana kita belajar menyikapi semua itu, memang benar bahwa salah satu hal tersulit dalam kehidupan adalah belajar menyikapi karakter orang lain. 

Pertemanan ternyata gak seasik dan semenarik itu ketika kita dihadapkan dengan pribadi-pribadi yang belum mampu membuka diri untuk menerima apapun yang disugukkan pertemanan, bahkan lebih parahnya lagi ketika karakter-karakter orang yang lemah dihadapkan dengan orang-orang yang toxic dalam pertemanan atau memiliki kebiasaan bercanda yang berlebihan sehingga menciptakan ketidaknyamanan dalam suatu hubungan pertemnan, hal ini didasari dengan perbedaan kemampuan tiap orang dalam menerima candaan.  

Ada yang kokoh meskipun sudah dilempari taik ke wajahnya, ada yang lunglai bak layunya bunga mawar, tapi ada juga yang melawannya dengan emosi yang justru berdampak pada keharmonisan hubungan pertemanan. Dicandai secara fisik tak sama seperti psikis melalui bahasa-bahasa sederhana yang justru menyakitkan dan menyimpan luka yang mendalam dan berkepanjangan, sama seperti pribahasa sederhana "lidahmu harimaumu", maka tetaplah berhati-hati dalam menggunakan kata-kata sebab ia tak membunuh secara fisik, tapi karakter. 

Faktanya adalah orang-orang yang berada dalam kelompok pertemanan yang toxic dan extreme akan candaan justru tercerai berai sekalipun tali pertemanannya terkesan cukup kuat, bukan hal lain melainkan kata-kata yang dibungkus ke dalam candaan sederhana yang menjadi pemisah mereka. Maka berhati-hatilah dalam bercanda yang terkesan toxic, itu hanya akan menciptakan fobia dalam pertemanan, sebab tak ada seorangpun di muka bumi yang ingin menanam luka dan sakit yang berkepanjangan.

Maka, belajarlah untuk menjadi pribadi yang mampu menyesuaikan dengan setiap karakter manusia tanpa harus menorehkan luka dan dendam yang berkepanjangan hanya karna sebuah kata-kata. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun