Mohon tunggu...
Aziz Baskoro Abas
Aziz Baskoro Abas Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang Nulis

Doyan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Ciledug, Menyerah Melawan Kesemerawutan

27 Mei 2020   15:40 Diperbarui: 27 Mei 2020   15:36 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: abouttng.com

Ciledug lahir dari rahim kota Tangerang dan memiliki garis keturunan provinsi Banten. Ciledug sangat pandai menempatkan diri, lihai bergaul. Bahkan ia didekati oleh teman-temannya yang bernama Tangerang Kota, Tangerang Selatan, dan Jakarta. Sayangnya, ia tak menyadari keuntungan itu.

Dari sekian banyak teman yang menguntungkan, Ciledug memilih berteman dekat dengan Kesemerawutan, yang ia tidak pernah bayangkan, bahwa berteman dengan Kesemerawutan sama saja menyerahkan nyawa. Pilihan yang sangat bodoh. Dan parahnya, Ciledug buta terhadap kebodohannya.

Kesemerawutan memiliki anak buah bernama Macet, dan satu lagi bernama Sampah. Dan derita Ciledug semakin tiba di depan mata. Karena Sampah dan Macet selalu membuat masalah akut di hari-hari Ciledug.

Suatu hari, Ciledug ingin berontak. Ia berusaha menjauhi Macet dan Sampah. Namun tidak bisa. Orang-orang sudah terlanjur mengenali, bahwa Kesemerawutan sangat akrab dengan Ciledug.

Semakin dipaksa tunduk, Ciledug semakin bersikeras melawan. Lagi-lagi, ia muak untuk menemui Kesemerawutan dan anak buahnya. Kesemerawutan tak tinggal diam. Ia memanggil kroni-kroninya yang berjumlah 3 orang; Parkir Liar, Pasar, dan Angkot.

Hingga tiba di malam hari, Kesemerawutan beserta anak buah dan kroni-kroninya melancarkan serangan. Ciledug dicegat ramai-ramai di tengah jalan.

Pukulan pertama datang dari Pasar. Ciledug tak bisa berbuat banyak terhadap Pasar.

Lalu Angkot membanting Ciledug hingga tersungkur. Ciledug sudah tak bisa melawan Angkot.

Parkir Liar menusukkan pisaunya tepat di jantung Ciledug, sehingga Ciledug tak berkutik terhadap Parkir Liar.

Ciledug benar-benar tak berdaya menghadapi Kesemerawutan, Macet, Sampah, Angkot, Pasar, dan Parkir Liar.

Pada akhirnya, Ciledug harus tunduk terhadap Kesemerawutan. Ciledug seolah dipaksa berdamai dengan Macet, Sampah, Parkir Liar, dan Pasar. Juga dipaksa menyerah untuk melawan Kesemerawutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun