"Dan terjadi lagi. Kisah lama yang terulang kembali," bunyi lirik lagu dari Noah.
Pidato Presiden tentang penundaan tagihan cicilan selama satu tahun menusuk pikiran gue untuk mengulas lebih dalam dari pembentukan pola kebijakan pemerintahan sekarang; lempar isu - polemik - klarifikasi.
Mobil Nasional
Oke, mulai dari gairah mobil nasional; Esemka. Ada gegap gempita dan kemeriahan. Lalu menuai polemik di publik. Media ramai-ramai menyorot dari hulu hingga hilir. Pakar-pakar diundang untuk beretorika di televisi.
Sampai akhirnya pada sebuah perbincangan di TvOne, Ridwan Hanif dengan status sebagai pakar otomotif, menguak fakta bahwa Esemka sebagai manufaktur, bukan manufaktur sebagaimana pada umumnya. Maksdunya, tidak memiliki website, ketidakjelasan presiden direktur dan petinggi-petinggi, juga tidak pernah mengikuti pameran, dan tiba-tiba menyapa dunia. Boom!
Akhirnya muncul klarifikasi dari jubir istana yang diwakili oleh Dr. Ngabalin, bahwa Esemka hanyalah mobil milik swasta yang didukung pemerintah, bukan mobil milik pemerintah. Pola itu dimulai; Lempar isu, polemik, klarifikasi.
Kartu Pra Kerja
Salah satu dari tiga kartu sakti yang dipamerkan secara gagah. Beberapa orang menganggap lelucon, beberapa lagi menganggap dagangan politik, dan sisanya optimis ini akan menjadi kebijakan paling estetik.
Dan benar saja, isu itu menjadi bola liar di publik. Isu yang beredar saat itu adalah pernyataan bahwa pengangguran akan digaji dengan nominal tertentu.
Menjadi polemik, tentu. Hingga akhirnya pemerintah memberi garis klarifikasi. Bukan pengangguran mendapat gaji, namun memperoleh pelatihan. Pola yang sama; Lempar isu, polemik, klarifikasi.
Penundaan Cicilan Kredit