Mohon tunggu...
Aziz Baskoro Abas
Aziz Baskoro Abas Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang Nulis

Doyan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Join Coffee, Representasi Anak Muda Jakarta

5 Agustus 2018   17:23 Diperbarui: 5 Agustus 2018   21:10 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Join Coffee atau Join Kopi, entahlah apa namanya. Merupakan sebuah kedai kopi yang cukup sederhana. Hampir tidak ada spot yang cukup bagus untuk konsep foto yang instagramable. Berbeda dari kebanyakan kafe atau kedai kopi yang sedang hits pada dewasa ini.

Kedai kopi tersebut hanya menyajikan kenikmatan dari rasa sebuah kopi dan sedikit sentuhan musik country, walaupun ada juga genre musik lain yang diputar disini. Berlokasi persis didalam GOR Bulungan (Blok M) yang bisa dikatakan menjadi titik temu antara Jakarta Selatan, Barat, dan Pusat, bahkan sebagian daerah Tangerang.

Berkonsep outdoor place, sehingga orang-orang yang menikmati kopi harus mencari tempat teduh ketika hujan mulai turun. Ada beberapa kursi yang disiapkan bagi pengunjung, namun banyak juga yang duduk lesehan tanpa alas. Mayoritas pengunjungnya adalah remaja dan dewasa. Sesekali juga terlihat rombongan keluarga dan para orang tua. Ya, itulah deskripsi singkat gue tentang kedai kopi yang mulai gue kunjungi sejak 2013.

Ada beberapa hal menarik dari kedai kopi tersebut selain dari rasa kopinya. Dan hal-hal itulah yang membuat gue menikmati suasana di kedai kopi tersebut. Ya, gue bakal share ini poin per-poin.

Tongkrongan asyik, karena ada berbagai macam orang yang berlatar belakang berbeda.

Di kedai kopi tersebut, gue benar-benar merasa nyaman ketika melihat tidak adanya jurang pemisah antara si kelas atas, si kelas menengah, dan si kelas bawah. Disaat tempat yang lain menyasar segmen kelas masyarakat tertentu karena kebutuhan target market, Join Coffee merobohkan dinding kelas masyarakat tersebut.

Si kelas atas terlihat menikmati suasana, si kelas menengah terlihat sumringah, dan si kelas bawah tak sedikitpun terlihat minder. Ya, mereka semua terlihat menikmati segelas kopi sambil menikmati obrolan dan suasana.

Masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang terlihat disitu. Mulai dari wanita bercadar yang asyik ngobrol dengan teman wanitanya yang berpakaian seperti anak dugem, ada juga orang bertato, ada juga orang berambut gimbal, dan macam-macam gaya unik lainya yang mungkin sangat jarang ditemukan di tempat lain.

Bahkan, gue pernah melihat komunitas Harley (Moge) yang saling berbaur satu sama lain dengan komunitas Vespa. Padahal, awalnya mereka tidak mengenal satu sama lain. Tapi interaksi mereka seolah-olah seperti orang yang sudah berteman selama bertahun tahun. Singkatnya, meskipun terlihat perbedaan yang sangat mencolok dalam penampilan, namun tetap akrab dan hangat dalam obrolan.

2. No Wifi, No View, Just Talk With Each Other.

Spesialnya kedai kopi tersebut, lagi-lagi soal perbedaan dari kafe dan kedai kopi lainya. Tak ada wifi dan tak ada harapan bagi pecandu instagram untuk mendapatkan foto dengan spot bagus. Karena memang tidak ada view yang cukup menarik untuk dijadikan spot foto.

Orang-orang yang datang ke kedai kopi tersebut terlihat menikmati hangatnya kopi sambil menikmati obrolan. Karena hampir tidak ada orang yang berfoto ria. Walaupun sesekali ada yang foto, mungkin itu hanya untuk sekedar mendokumentasikan sebuah momen. Singkatnya, tempat ini cocok bagi orang yang suka ngobrol.

3. Tidak Ada Pengamen

Ini merupakan nilai plus untuk konsep tempat yang bersifat outdoor. Sering kali orang yang sedang menikmati kopi dan obrolan terganggu dengan kehadiran pengamen. Nah, kedai kopi tersebut menyodorkan suasana yang cocok bagi orang yang tidak ingin terganggu ketika sedang asyik ngobrol. Namun, jangan kaget jika sesekali muncul bocah pedagang tisu.

Gue tidak membenci profesi pengamen, gue sangat respect terhadap profesi pengamen. Gue respect terhadap pengamen yang benar-benar menghibur lewat lantunan musik yang mereka mainkan. Bukan pengamen yang sekedar 'genjrang genjreng', bernyanyi beberapa bait lirik, dapat uang, lalu pindah lapak.

4. Cuci Mata

Sebagai pria normal, sangat wajar jika tertarik terhadap wanita. Gue mengakui, hampir semua wanita yang datang ke kedai kopi tersebut mempunyai paras cantik. Gue juga belum menemukan alasan kenapa banyak wanita berparas cantik datang ke kedai kopi tersebut. Menurut gue, itulah nilai plus buat orang seperti gue yang suntuk setelah seharian bekerja, Cuci mata.

Terkadang ada semacam kepuasan batin pada saat gue melihat wanita cantik setelah suntuk bekerja seharian. Sepertinya hal ini sudah menjadi rahasia umum. Wanita tertarik dengan pria tampan, pria tertarik dengan wanita cantik.

Nah, beberapa faktor itulah yang membuat gue begitu menikmati suasana nongkrong di Join Coffee. Gue melihat dari beberapa poin tadi, bisa disimpulkan bahwa Join Coffee merupakan representasi kehidupan anak muda Jakarta. Karena berbagai macam gaya anak muda Jakarta ada disitu. Singkatnya, kedai kopi tersebut antimainstream orang-orangnya, asyik suasananya, dan nikmat kopinya. Perpaduan sempurna.

Pendapat ini murni hanya subjektifitas gue pribadi. Jadi, jika ada perbedaan pendapat, tidak ada masalah sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun