Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Bertawakal Kosong

6 Juli 2020   13:46 Diperbarui: 6 Juli 2020   14:23 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, hal mendasar yang harus dijadikan landasan bertawakal adalah keyakinan bahwa Allah maha segalanya, bahwa Allah adalah zat yang di tanganNya semua kebaikan berada, bahwa Allah adalah zat yang mengatur kehidupan, dan di gengamanNya segala urusan.

Jika hal mendasar ini belum kita miliki, bagamana mungkin kita bisa bertawakal dengan sepenuhnya dan bagaimana mungkin Allah merespon tawakal kita dengan positif.  

Oleh karena itu kata tawakal dalam bahasa Inggrisnya adalah "trust" percaya, bukan "surrender" atau "submit" apalagi "give up".

Tawakal tak terpisahkan dari sikap tsiqqah billah (yakin percaya kepada Allah) dan husnudzan billah (berbaik sangka kepada Allah). Dua sikap ini adalah faktor penting datangnya pertolongan Allah.

Dalam hadis qudsy Allah menyatakan, "Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku (HR. Muttafaq alaih).

Terkait hadis ini para ulama mengatakan bahwa jika kita yakin dan berprasangka baik kepada Allah (positive thinking dan positive feeling) maka Allah akan merespon secara positif kepercayaan itu.

Ini tidak berarti apa yang kita inginkan mesti terwujud, tetapi Allah akan memberi yang terbaik sesuai dengan hikmah dan pengetahuan Allah. Bisa jadi yang diputuskan Allah awalnya tidak kita sukai tapi endingnya membahagiakan.

Kalau kita belum yakin kepada Allah, coba kita perhatikan ada berapa jumlah makhuk hidup di alam semesta ini. Siapa yang merberi makan mereka?

Perhatikan pula bagaimana laba-laba dan cecak mendapatkan rizkinya. Laba-laba memperoleh makanan dari serangga kecil yang terperangkap di sarang mereka. Lebih menakjubkan lagi adalah bagaimana cecak memperoleh makanannya. Makanan cecak adalah serangga yang bisa terbang. Sedangkan cecak tidak punya sayap untuk terbang. Toh demikian Allah memberi perangkat (yaitu lidah yang menjulur panjang dan lengket) dan kemampuan untuk menangkap mangsanya.

Tawakal itu tidak terpisahkan dari usaha. Allah memetintahkan tawakal, juga memerintahkan melakukan usaha untuk menggapai keberhasilan. Hal ini sangat jelas dan gamblang dalam ajaran Islam.  Bisa jadi usaha kita itu pengaruhnya sedikit atau bahkan tidak berpengaruh secara hukum kausalitas. Tapi Allah menghargai usaha tersebut. Lihat lah Maryam ketika hendak melahirkan Nabi Isa dalam pengasingannya. Dalam keadaan yang sangat lemah dan kondisi kesakitan Allah memerintahkan Maryam agar menggoyang pohon kurma untuk memberinya makan. Itulah bentuk tawakkal yang diajarkan oleh Allah. Sekecil apa pun pengaruh usaha tetap harus dilakukan.

Lihat pula Siti Hajar ibunda Nabi Ismail. Di tempat yang tandus dan gersang, ia berlari-lari mencari air. Bukan hasil dari lari-larinya ia mendapatkan air, tapi dari pertolongan Allah melalui hentakan kaki Ismail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun