Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Bertawakal Kosong

6 Juli 2020   13:46 Diperbarui: 6 Juli 2020   14:23 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Emang cukup tawakal doang?"

Pernahkah Anda mendengar pernyataan seperti itu? Mungkin Anda pernah memberikan saran  kepada seseorang agar bertawakal, dan direspon seperti itu.

Ada juga pernyataan "yang penting sudah tawakal". Ini biasanya keluar dari seseorang ketika diberi saran agar berusaha secara sungguh-sungguh.

Kedua pernyataan tersebut sama-sama menunjukkan kesalahpahaman terhadap tawakal. Tawakal dilawankan dengan usaha. Padahal tawakal itu bagian dari usaha, bahkan usaha yang paling utama. Usaha tanpa tawakal adalah tipuan, tawakal tanpa usaha adalah kegagalan.

Zaman Nabi juga pernah ada kasus kesalahan sahabat dalam memahami tawakal. Dalam hadis riwayat At-Tirmidzi disebutkan, pada zaman Rasulullah saw ada seorang laki-laki ingin meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat, dengan alasan ia bertawakal kepada Allah Swt.

Ketika hal itu diketahui Rasulullah saw, beliau mengatakan, "Ikatlah untamu lebih dahulu, kemudian bertawakal!" Setelah mendengar nasihat dari Rasulullah, akhirnya sahabat Rasulullah mengikat untanya di pohon sesuai anjuran.


"Saya sih sudah tawakal, tapi hati kok belum tenang ya?" ..."Saya sih sudah tawakal tapi kok hidup masih gini-gini aja ya?"

Kalau keluh kesah seperti itu, pernah dengar tidak? Jangan-jangan justru kita yang kadang atau bahkan sering curhat seperti itu.

Maka dari itu, tidak ada salahnya kita menyegarkan kembali dan meluruskan kembali pemahaman kita tentang tawakal.

Secara sederhana tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan atau menanti akibat suatu keadaan.

Dengan demikian tawakal itu perbuatan hati. Setiap perbuatan hati yang menyangkut hubungan kita dengan Allah maka dasarnya adalah iman atau keyakinan padaNya. Tanpa iman dan keyakinan, maka tawakal kita kepada Allah hanya pemanis belaka dan berakhir sia-sia. Itu seperti meberikan cek kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun